Langkanya Daging Sapi
Memimpin suatu negara besar tidak hanya cukup dengan semangat patriotisme.
SATUHARAPAN.COM – Sudah dua hari ini saya ke pasar. Di los daging penjual daging sapi tidak berjualan. ”Mogok!” Berita di radio menjelaskan penyebabnya. Harga daging sapi yang melonjak membuat para pedagang memilih enggak jualan. ”Peternak sapi lokal sebagian tidak mau memotong sapinya karena menjelang Iduladha harga biasanya lebih meningkat lagi,” jelas seseorang.
Fenomena ini sudah pernah kita alami beberapa waktu lalu dengan kedelai. Kelangkaan kedelai membuat pengusaha tahu dan tempe mogok berproduksi. Konsumen dan penjual pun kena imbasnya.
Disadari atau tidak, untuk memimpin suatu negara dengan jumlah penduduk yang besar ini tidak hanya cukup dengan semangat patriotisme. Seperti dalam permainan catur, diperlukan taktik dan strategi yang tepat dalam menentukan langkah sehingga permainan dapat dimenangkan.
Perhitungan jumlah supply dan demand yang tidak tepat akan mengakibatkan ketidakseimbangan pasar. Apalagi, jika dihembuskan sentimen-sentimen negatif yang meresahkan. Dan siapakah yang menanggungnya? Tentu masyarakat juga.
Bagi masyarakat umum, tidak adanya daging sapi, dapat disubstitusi dengan daging lainnya sebagai sumber protein, misalnya ayam atau ikan. Namun, tidak demikian bagi masyarakat yang mata pencahariannya mengandalkan daging sapi, seperti pedagang daging sapi di pasar atau penjual bakso keliling.
Untuk itu, kebijakan mengurangi jumlah impor sapi harus diimbangi dengan peningkatan hasil ternak sapi lokal. Jika tidak, kita hanya akan diombang-ambingkan angin yang diembuskan para pemilik modal.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...