Langsat dan Duku, Peneliti Menggali Kandungan Kulitnya
SATUHARAPAN.COM – Duku palembang sedang memasuki masa panen, dan tersedia di berbagai toko buah saat ini. Tak hanya dikonsumsi sebagai buah meja, kulit langsat kini sudah masuk ke pasar produk kosmetik premium dunia sebagai bahan baku produk perawatan kulit wajah. Peneliti juga terus meneliti kandungan tertentu ekstrak kulit buahnya yang terbukti kaya antioksidan.
Duku di Indonesia, langsat di Malaysia. Nyaris tidak ada bedanya, kecuali jika mengamati kulitnya. Kulit langsat lebih tipis dan kulit duku lebih tebal.
Selain kulit buah, nama ilmiah keduanya pun sedikit berbeda. Mengutip dari hort.purdue.edu, duku memiliki nama ilmiah Lansium domesticum var. domesticum, sedangkan langsat memiliki nama ilmiah Lansium domesticum var. pubescens, dengan nama sinonim Lansium parasiticum.
Pada garis besarnya, memang ada dua kelompok besar buah ini, yakni duku dan langsat. Wikipedia juga menyebutkan ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Di Indonesia sendiri, menurut Wikipedia, duku dan variannya disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat (Aceh dan Sumut); lasé (Nias); langsék (Minangkabau); langsak, lasak, rarsak, rasak (Lampung); lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat, richat (Kalimantan); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat (Sulut); lansa, lasa, lasé, lésé (Sulsel); lasat, lasaté, lasété, nasaté, lasato, lalasat, lasa (Maluku); langsat, langsep, dan duku, dukuh (Jawa, Sunda); kokosan, pisitan, bijitan (Sunda); celoréng (Madura); celoring, ceroring (Bali).
Di wilayah sebarannya di Asia, nama langsat beraneka ragam. Di Malaysia saja, langsat dikenal dengan bermacam nama, dari langsat, lansa, langseh, langsep, duku, hingga dokong. Di Filipina, langsat dikenal dengan nama lansones, buwa-buwa, lanzon. Di Thailand, orang menyebutnya langsad dan longkong, sementara di Vietnam disebut dâu da Äất, lòn bon, bòn bon. Nama lainnya, langsak, duku (Myanmar), long kong (Khmer), lotka, bhubi (Bengali).
Duku atau langsat ini juga menyebar ke Suriname, Puerto Riko, Australia, India, dan Sri Lanka.
Sementara di Indonesia, bukan hanya Palembang, atau tepatnya daerah Komering yang menjadi sentra penghasil duku. Dikenal juga duku condet (Jakarta Timur), duku papongan (Tegal), duku kalikajar (Purbalingga), duku karangkajen dan duku klaten, duku matesih (Karanganyar), duku woro (Rembang), duku sumber (Kudus), dan di Kalimantan Selatan dikenal duku padang batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Walaupun disebut belum mampu menandingi popularitas manggis di pasar internasional sebagai buah segar, langsat atau duku punya nama dalam bahasa Inggris, yakni langsat atau lanzones.
Kelompok yang dikenal sebagai duku umumnya memiliki pohon bertajuk besar, daunnya lebat berwarna hijau cerah, dengan tandan relatif pendek dan berisi sedikit buah. Buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal, tidak bergetah bila masak. Daging buahnya tebal dan umumnya berbiji kecil. Rasanya manis, masam, dan berbau harum.
Langsat umumnya memiliki pohon yang lebih kurus, dengan percabangan tegak. Daunnya tidak selebat duku, berwarna hijau tua. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir buah berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan.
Tak seperti duku yang lebih tahan lama, dalam tiga hari setelah dipetik kulit langsat akan menghitam sekalipun tidak merusak rasa manisnya.
Khasiat Obat
Menurut situs hort.purdue.edu, selain dikonsumsi langsung sebagai buah segar, langsat atau duku yang sudah dikupas juga dipasarkan dalam bentuk buah kaleng.
Di beberapa wilayah di Jawa, asap aromatik dari kulit kering yang dibakar dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk, juga pengharum ruangan di kamar orang sakit.
Kayunya yang berwarna cokelat muda, berbatang keras, elastis, dan tahan lama, dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Secara tradisional, rebusan kulit langsat atau duku dimanfaatkan sebagai obat diare dan malaria. Kulit juga disebutkan dimanfaatkan sebagai obat kejang usus.
Daun yang dihaluskan, dimanfaatkan sebagian masyarakat secara tradisional sebagai obat tetes mata dan obat untuk menghilangkan peradangan.
Pemanfaatan secara tradisional itu sudah dibuktikan melalui berbagai penelitian. Prof Yim Hip Seng dari Department of Food Science and Nutrition Fakultas Ilmu terapan, UCSI University, Malaysia, menyebutkan langsat atau duku sangat kaya serat, vitamin, dan mineral. Kulitnya mengandung fenolik dan karotenoid, dan secara tradisional digunakan sebagai obat diare.
Komponen antioksidan juga ditemukan dalam langsat, yang membuatnya dapat dikembangkan sebagai pengganti antioksidan buatan yang bersifat karsinogenik.
Dalam penelitian yang sudah dipublikasikan di Pertanika Journal of Tropical Agricultural Science, tim peneliti dari UCSI University dan Universiti Putra Malaysia pada pertengahan tahun 2015 meneliti kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak kulit langsat dan ekstrak bagian buah langsat. Penelitian itu dilakukan untuk menggali potensi kulit langsat dan kemungkinan pengembangannya sebagai antioksidan alami.
Para peneliti menemukan bahwa kandungan fenolik ekstrak kulit langsat empat kali lebih tinggi daripada bagian tumbuhan lain. Mereka masih terus meneliti untuk mengidentifikasi struktur kandungan fenolik di kulit langsat.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...