Laporan CAIR: 40% Siswa Muslim di AS Mengalami Dibuli
ANAHEIM, SATUHARAPAN.COM - Anak-anak Muslim di sekolah-sekolah California lebih sering diganggu atau dibuli karena keyakinan mereka ketimbang siswa lain di seluruh Amerika Serikat, menurut laporan Council on American-Islamic Relations (CAIR / Dewan Hubungan Amerika-Islam).
Laporan itu berjudul, “Singled Out: Islamophobia in the Classroom and the Impact of Discrimination on Muslim Students,” dan didasarkan pada survei di seluruh negara bagian terhadap sekitar 1.500 siswa Muslim berusia antara 11 dan 18 tahun. Laporan itu dirilis hari Rabu (16/10) oleh CAIR cabang California, seperti ditulis Alejandra Molina di RNS.
Survei itu menemukan bahwa 40 persen siswa yang berpartisipasi mengalami beberapa bentuk intimidasi karena agama mereka. Angka ini turun dibanding tahun 2017, di mana 53 persen yang melaporkan diintimidasi, baik secara verbal dihina atau dilecehkan, karena keyakinannya sebagai Muslim.
Meskipun ada penurunan, angka itu masih menunjukkan dua kali lipat dari rata-rata nasional sekitar 20 persen dari siswa usia 12-18 tahun yang melaporkan dilecehkan di sekolah pada tahun 2017, menurut laporan Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan.
"Tidak sulit melihat hubungan retorika penuh kebencian dan fanatik yang digunakan dalam administrasi ini," kata Hussam Ayloush, direktur eksekutif CAIR Los Angeles. "Penggunaan retorika dan kebijakan seperti itu yang terus-menerus, dan mengkriminalkan Muslim, imigran dan pencari suaka telah menjadi ujaran kebencian yang umum."
Dalam konferensi pers, orangtua siswa, Ahlam Elabed, berbicara tentang pelecehan dan kekerasan yang dialami putranya di sekolah. Elabed mengatakan putranya yang berkebutuhan khusus pernah disebut teroris dan telah dibandingkan dengan karakter kartun berwarna cokelat. Celana celananya diturunkan ketika pelajaran olahraga. Tulang klavikulanya patah dan bahunya terkilir ketika seorang anak lelaki mendorongnya, katanya.
"Saya terkejut mengetahui bahwa setiap hari putra saya pergi ke lingkungan yang tidak toleran dan akhirnya tidak aman," kata Elabed. Menurut dia, pihak sekolah belum mengambil tindakan yang tepat. Dengan bantuan CAIR-LA, ia mengadukan kasus itu ke distrik sekolah.
Sementara itu, hasil survei juga menemukan bahwa siswa yang melaporkan melihat rekan Muslim mereka diintimidasi karena agama mereka naik menjadi 39 persen, menurut survei 2018-2019. Angka itu naik dari hasil survei tahun 2016 sebesar 19 persen.
"Ini menunjukkan bahwa masih terjadi siswa Muslim dilecehkan disekolah, karena keyakinan mereka," kata Patricia Shnell, pengacara hak-hak sipil untuk CAIR-LA. "Tetapi ini juga menunjukkan bahwa siswa mulai menjadi sadar dan... dapat mengidentifikasi intimidasi ketika itu terjadi.”
Survei itu juga menemukan sekitar 35 perse siswa melaporkan melihat postingan di media sosial yang berisi komentar ofensif tentang Islam atau Muslim. Angka ini turun dari 57 persen hasil survei tahun 2016. Yang lain, sekitar 29 persen siswa melaporkan bahwa staf sekolah telah membuat komentar ofensif tentang Islam atau Muslim di sekolah. Angka ini juga menurun dibandingkan tahun 2016 sebesar 38 persen.
Editor : Sabar Subekti
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...