Laporan: Iran Sponsor Terbesar Terorisme
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Iran masih tetap menjadi negara sponsor utama terorisme, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, hari Jumat (1/11). Dalam laporan tahunan tentang terorisme (2018), dikatakan bahwa rezim Iran telah menghabiskan "hampir satu miliar dolar AS per tahun untuk mendukung kelompok-kelompok teroris yang berfungsi sebagai proksi dan memperluas pengaruh di seluruh dunia."
Kelompok-kelompok teroris, menurut laporan itu, yang didanai oleh Teheran antara lain Hizbullah di Lebanon, dan Hamas di wilayah Palestina. Namun negara itu juga terlibat dalam rencana terorisnya sendiri di seluruh dunia, khususnya di Eropa.
Pada bulan Januari 2018, otoritas Jerman menyelidiki 10 tersangka operasi Pasukan Pengawal Revolusi Iran. Pada musim panas, pihak berwenang di Belgia, Prancis, dan Jerman menggagalkan rencana Iran untuk mengebom sebuah demonstrasi politik di dekat Paris, Prancis.
Pada bulan Oktober, seorang agen Iran ditangkap karena merencanakan pembunuhan di Denmark, dan pada bulan Desember, Albania mengusir dua pejabat Iran karena merencanakan serangan teroris.
Selain itu, Teheran terus mengizinkan fasilitasi jaringan al-Qaeda untuk beroperasi di Iran, dengan mengirim pejuang dan uang ke zona konflik di Afghanistan dan Suriah, dan telah memperluas tempat perlindungan bagi anggota Al-Qaeda yang tinggal di negara itu, kata laporan itu.
"Al-Qaeda dan afiliasi regionalnya tetap menjadi ancaman abadi bagi Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami, dan kepentingan kami di seluruh dunia," kata Nathan Sales, koordinator anti-terorisme AS, yang kantornya menghasilkan laporan tersebut. "Mengingat kemunduran ISIS, al-Qaeda berniat membangun kembali dirinya sebagai pelopor" gerakan ekstremis global.
Laporan yang dipublikasikan di situs kementerian luar negeri AS itu menyebutkan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda terus memperluas barisan mereka, merencanakan, dan melakukan serangan, serta mengumpulkan dana dan menginspirasi rekrutan baru melalui media sosial dan teknologi virtual.
“Kelompok-kelompok teroris yang difokuskan secara regional juga tetap menjadi ancaman pada tahun 2018. Misalnya, Lashkar-e-Tayyiba yang berbasis di Pakistan dan yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai 2008, dan Jaish-e-Mohammad (JeM) mempertahankan kemampuan dan niatnya untuk menyerang India dan target Afghanistan," katanya.
Laporan itu juga memperingatkan bahwa kehadiran global ISIS terus meningkat pada tahun 2018 melalui jaringan dan afiliasi mereka. Pejuang-pejuang yang digembleng oleh perang di Suriah yang kembali ke negara asal mereka mulai meningkatkan ancaman baru, kata laporan itu. "Bahkan ketika ISIS kehilangan hampir semua wilayah fisiknya, kelompok ini membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi, terutama melalui upayanya untuk menginspirasi atau mengarahkan pengikut secara online," katanya. Selain itu, teroris yang berperang di Suriah dan Irak melakukan perjalanan ke negara ketiga, yang menimbulkan bahaya baru di sana.
Teroris juga menggunakan drone yang tersedia secara komersial dalam serangannya, dan juga komunikasi terenkripsi. Namun mereka juga melakukan serangan dengan kendaraan dan teknologi rendah, seperti pisau.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...