Laporan: Muslim di Republik Afrika Tengah dalam Ancaman Bahaya Genosida
BANGUI, SATUHARAPAN.COM – Konflik bersenjata dan bernuansa sektarian di Republik Afrika tengah tengah mengarah pada pembersihan etnis yang menargetakan warga sipil Muslim negara itu. Demikian dikatakan organisasi pegiat hak asasi manusia, hari Rabu (21/2).
Pembersihan etnis (atau genosida) sedang dilakukan terhadap warga sipil Muslim di Republik Afrika Tengah, dan pasukan penjaga perdamaian internasional tidak dapat mencegahnya, kata Amnesty International.
"Pembersihan Etnis terhadap warga Muslim terjadi di bagian barat Republik Afrika Tengah, bagian yang paling padat penduduknya di negara itu, sejak awal Januari 2014," kata Amnesty International dalam sebuah laporan.
Pasukan penjaga perdamaian internasional dinilai telah gagal untuk mencegah pembersihan etnis terhadap warga sipil Muslim di bagian barat Republik Afrika Tengah.
Untuk melindungi masyarakat Muslim yang tersisa di negara itu, pasukan penjaga perdamaian internasional harus mematahkan kendali milisi anti Balaka dan mengirim pasukan yang memadai di kota-kota di mana warga Muslim terancam .
"Milisi Anti Balaka sedang melakukan serangan kekerasan dalam upaya untuk membersihkan etnis Muslim di Republik Afrika Tengah," kata Joanne Mariner, penasihat senior untuk respon krisis di Amnesty International .
"Hasilnya adalah eksodus warga Muslim dalam proporsi bersejarah," kata dia. Amnesty International mengkritik respon dingin masyarakat internasional terhadap krisis, karena pasukan penjaga perdamaian internasional dinilai enggan untuk menantang milisi anti Balaka, dan lambat melindungi minoritas Muslim yang terancam.
"Pasukan penjaga perdamaian internasional telah gagal untuk menghentikan kekerasan," kata Donatella Rovera. "Mereka telah merestui kekerasan dalam beberapa kasus dengan memungkinkan milisi anti Balaka yang kasar mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan milisi Seleka."
Kesaksian Warga
Dalam beberapa pekan terakhir, Amnesty International telah mengumpulkan lebih dari 100 kesaksian dari tangan pertama tentang serangan sekala besar oleh anti Balaka terhadap warga sipil Muslim di kota-kota barat laut CAR dari Bouali, Boyali, Bossembele, Bossemptele, dan Baoro. Pasukan internasional telah gagal untuk menyebar ke kota-kota tersebut menyebabkan masyarakat sipil dikota-kota itu tanpa perlindungan.
Serangan paling mematikan yang didokumentasikan oleh Amnesty International terjadi pada tanggal 18 Januari di Bossemptele, di mana sedikitnya 100 warga Muslim meninggal. Di antara mereka adalah perempuan dan laki-laki tua, termasuk seorang imam berusia 70-an.
Untuk menghindari serangan mematikan anti Balaka itu, penduduk Muslim melarikan diri dari berbagai kota dan desa, dan sebagian berlindung di dalam dan sekitar gereja dan masjid.
Perhatian internasional terhadap sifat kekerasan sektarian di CAR memimpin Dewan Keamanan PBB pada Desember 2013 untuk mengizinkan penempatan pasukan penjaga perdamaian ke negara itu. Kekuatan itu sekitar 5.500 tentara Uni Afrika yang dikenal sebagai MISCA, dan 1.600 tentara Prancis, yang dikenal sebagai "Sangaris". Pasukan itu dikerahkan di ibu kota Bangui dan ke beberapa kota di utara dan barat daya dari ibu kota.
Bahkan dalam lingkungan di pusat komunitas Muslim di Bangui, ribuan orang ketakutan dan berkemas untuk meninggalkan rumah. Namun perjalanan itu sulit dan berbahaya. Konvoi sering diserang oleh milisi anti Balaka. (amnesty.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...