Laporan: Turki Tutup Semua Pintu Perbatasan Suriah
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM – Pegiat hak asasi manusia Human Right Watch (HRW) meminta Turki untuk tidak memaksa para pencari suaka dari Suriah kembali ke zona perang.
Turki yang telah menerima pengungsi asal Suriah juga berhak untuk mengontrol perbatasannya demi alasan keamanan, namun tidak harus memaksa para pencari suakan itu kembali ke zona perang. Hal itu dikemukakan HRW dalam laporannya hari Senin (23/11).
Peneliti HRW, Gerry Simpson mengatakan, "Penutupan perbatasan Turki memaksa perempuan hamil, anak-anak, orang tua, orang sakit, dan mereka yang terluka untuk meminta pejabat perbatasan Turki menerima mereka, karena melarikan diri dari kengerian perang di Suriah."
Pada pertengahan November, Turki telah mencatat hampir 2,2 juta orang Suriah, di antara mereka sekitar 250.000 tinggal di kamp-kamp yang dikelola oleh 25 otoritas Turki.
Pada bulan September, Turki mengatakan telah menghabiskan US $ 7,6 miliar untuk membantu pengungsi Suriah sejak 2011. Turki pantas dihargai dan didukung untuk menampung pengungsi ini, tapi juga berkewajiban menjaga perbatasannya agar tetap terbuka bagi orang yang mencari suaka, kata Human Rights Watch.
Pada awal Maret, Turki menutup dua pintu resmi terakhirnya untuk lintas batas di hampir semua wilayah Suriah. Negara itu hanya mengizinkan beberapa orang dengan kebutuhan medis yang mendesak untuk menyeberang.
Sementara itu, warga Suriah terus berusaha masuk Turki melalui rute penyelundupan. Namun, menurut sumber-sumber di Turki selatan yang mengetahui daerah perbatasan bahwa Turki telah meningkatkan langkah-langkah penegakan di pintu resmi perbatasan sejak terjadi serangan di kota Suruc pada 20 Juli. Serangan itu menewaskan 32 orang.
Menurut laporan HRW, dua serangan bom bunuh diri yang menewaskan 102 orang di Ankara pada bulan Oktober telah memperburuk kekhawatiran tentang dampak dari konflik Suriah terhadap Turki. Serangan itu juga telah dikaitkan dengan kelompok militan ISIS.
Sejumlah pengungsi yang diwawancarai oleh HRW menyatakan bahwa mereka dicegat oleh penjaga perbatasan Turki. Dalam beberapa kasus mereka mengalami kekerasan fisik, sebelum akhirnya dikirim kembali ke Suriah atau ke pusat-pusat penahanan. Intinya, HRW menyebutkan mereka diusir.
Seperti telah banyak disebutkan, lebih dari empat juta warga Suriah melarikan diri dari negerinya akibat perang saudara sejak Maret 2011. Jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 250.000.
Selama paruh kedua bulan Oktober 2015, HRW mewawancarai 51 warga Suriah di Turki. Semua mengatakan bahwa masalah ini telah menjadi pengetahuan umum di kalangan warga Suriah. Mereka hanya bisa masuk ke Turki melalui penyelundup manusia.
Mereka menggambarkan usaha para pria, perempuan, dan anak-anak yang ketakutan mencoba memanjat di perlintasan di medan yang curam di malam hari selama berjam-jam dan itu terjadi di tengah tembakan.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...