Layanan Shuddle Antar Jemput Mudahkan Orangtua yang Sibuk
SAN FRANCISCO, SATUHARAPAN.COM – Sacha Simmons, dulu tidak suka naik taksi ke sekolahnya atau ke tempat lain untuk bermain dengan teman-temannya, kalau orangtuanya tidak bisa mengantarnya. Kadang-kadang, pengemudi taksi tidak datang, atau kalaupun datang, mereka kasar atau memaksa membayar tarif yang mereka terapkan sendiri.
Rasa frustrasi tersebut hilang beberapa bulan lalu, ketika orangtuanya memperkenalkan pada Shuddle, sebuah layanan antar jemput yang memenuhi kebutuhan transportasi anak-anak muda yang ibu dan ayahnya terlalu sibuk untuk mengantar mereka.
"Saya pernah mendapatkan pengalaman buruk dengan taksi," kata Simmons, 16 tahun. "Shuddle tidak merepotkan dan saya merasa aman dengan sistem mereka. Pengemudi tahu siapa saya dan jauh lebih aman."
Shuddle adalah, salah satu layanan California yang menyediakan antar jemput bagi anak-anak berusia delapan sampai 16 tahun untuk pergi ke sekolah, acara olahraga atau bermain.
Pada hari Selasa (23/6) Shuddle mengumumkan layanan ShuddleMe, sebuah aplikasi yang memungkinkan anak-anak memesan mobil sendiri satu jam sebelum mereka membutuhkan layanan antar jemput.
Sebelum aplikasi ini diluncurkan, orangtua harus mengatur mobil untuk mereka, dan melakukannya setidaknya satu hari sebelumnya. ShuddleMe masih mengharuskan persetujuan orangtua.
Selain Shuddle, ada juga HopSkipDrive dan Boost, sebagai pilihan antar jemput yang cocok untuk anak-anak. Boost adalah layanan eksperimental yang didukung oleh produsen mobil Mercedes-Benz. Kedua layanan ini mengharuskan pemesanan satu hari sebelumnya.
Shuddle, HopSkipDrive dan Boost melirik kesempatan yang diciptakan oleh layanan antar jemput yang telah lebih dikenal sebelumnya seperti Uber, Lyft dan Sidecar, yang semua mempunyai kebijakan tidak memberikan layanan pada anak kecil yang tidak ditemani orang dewasa.
Shuddle memasang biaya keanggotaan $9 (Rp 119.992,50) setiap bulan dan tarifnya rata-rata lebih tinggi 15 persen dari layanan Uber. Biaya keanggotaan dan biaya tambahan membantu perusahaan untuk mengecek latar belakang pengemudi Shuddle.
Perusahaan ini, mencoba menghindari keluhan yang menghantui Uber tentang kurangnya pengecekan latar belakang pengemudi-pengemudi Uber. Dalam beberapa kasus ekstrem, pengemudi Uber menghadapi tuduhan kekerasan seksual dan perilaku tidak pantas lainnya.
Tidak seperti Uber, Shuddle secara rutin mewawancara calon pengemudi dengan bertatap muka langsung. Pemeriksaan latar belakang mencakup pemeriksaan pengadilan dan badan-badan penegakan hukum tentang kejahatan besar dan bahkan pelanggaran kecil yang pernah dilakukan di tempat tinggal mereka.
Mereka juga harus punya anak atau punya pengalaman bekerja dengan anak-anak seperti nanny atau pengasuh anak, baby sitter atau penjaga anak, pelatih atau perawat.
Orangtua bisa melacak perjalanan anak mereka dan Shuddle juga mengatakan stafnya memonitor apa yang terjadi di mobil dalam setiap perjalanan antar jemput.
"Kami melakukan yang terbaik karena kami ingin orang-orang merasa nyaman dan percaya dengan layanan kami," kata CEO Shuddle Nick Allen, yang sebelumnya mendirikan Sidecar. "Kami lebih aman daripada carpool atau pengaturan naik mobil bersama tetangga.
Tapi Shuddle tidak memeriksa sidik jari pengemudi di database kriminal FBI. Allen tidak menganggapnya lebih efektif daripada menandai pengemudi yang bermasalah, seperti langkah pengamanan lain yang diambil oleh layanan tersebut.
Who's Driving You?, kelompok yang mewakili taksi, limousine dan layanan kendaraan umum lainnya, berpendapat Shuddle mencari masalah karena tidak memeriksa sidik jari pengemudi.
"Mereka menyediakan layanan antar jemput bagi penumpang yang sangat berharga, kenapa mereka tidak mengambil lebih banyak langkah (pengamanan) ketika memilih pengemudi?" kata Dave Sutton, juru bicara Who's Driving You?
Paige Simmons, ibu Sacha, senang dengan layanan Shuddle sejauh ini. Shuddle mengirimkan foto-foto anaknya di mobil bersama pengemudi dan juga mobil yang akan mengantar Sacha atau Jay, anak laki-lakinya yang berusia 15 tahun. Shuddle juga mengirimkan teks padanya ketika anak-anaknya tiba di tempat tujuan.
"Mereka memberikan semua informasi yang saya butuhkan supaya saya bisa merasa tenang," kata Simmons, yang mengeluarkan uang paling tidak $200 per bulan, untuk memesan layanan antar jemput untuk anak-anaknya melalui app Shuddle.
Sacha dan Jay sering kesulitan mencari orang dan mobil yang bisa mengantar mereka karena ibu mereka, seorang pengacara, dan ayah mereka, seorang manajer sebuah mall, bekerja di tempat yang jaraknya paling tidak 40 menit dari rumah mereka di Mountain View, California.
Menurut Jay, dengan layanan antar jemput yang bisa dipesan hanya satu jam sebelumnya yang ditawarkan oleh app ShuddleMe ini, kegiatan bermainnya akan membaik.
"Dulu saya sering tidak bisa main dengan teman-teman saya, bila diundang mendadak karena tidak ada yang bisa mengantar saya," kata Jay. "Lebih mudah dan lebih cepat menggunakan app ini daripada merepotkan kedua orangtua saya." (voaindonesia.com)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...