Le Tropique Marista Santividya, Cinta Produk Lokal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Terinspirasi dari lagu Rayuan Pulau Kelapa yang mendayu-dayu, Marista Santividya, seorang desainer sepatu meluncurkan koleksi terbarunya yang berjudul Le Tropique atau Spring Summer 2014. Dalam koleksinya kali ini, dia menyatakan kecintaanya dalam produk lokal Indonesia dengan memakai hampir seluruh bahannya dari dalam negeri.
“Dalam koleksi saya kali ini, saya lebih condong ke arah natural atau alam,” kata dia dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu (21/5). “Detail seperti daun pisang, warna, bentuk hak dan asesoris yang saya pakai di desain sepatu mewakili tema koleksi saya tahun ini yaitu le tropique.”
Menurutnya, kecintaan terhadap Indonesia tidak hanya berkutat pada batik atau tenun saja tapi juga bagaimana caranya menggunakan produk lokal yang ada di Indonesia. Penggunaan bahan baku asal dalam negeri menjadi konsentrasi produksi koleksinya. Misalnya, dia memiliki kulit ular yang berasal dari ular piton lokal, kulit kambing, domba dan sapi. Begitu pula dengan kayu, hak sepatu bahkan pemakaian lem dipilih dengan buatan lokal.
Marista menyatakan bahwa yang berbeda dalam koleksinya kali ini adalah desainnya yang lebih Indonesia dan pelanggan yang memiliki kaki khusus bisa memesan secara khusus atau customized.
“Saya ingin setiap wanita yang memakai sepatu tidak hanya kelihatan cantik tetapi juga nyaman,” tambahnya.
Harga yang dibandrol untuk setiap sepatunya berkisar antara Rp. 700.000,- hingga Rp. 4.000.000,- untuk lini utamanya yang berlabel Marista Santividya. Sedangkan untuk lini keduanya yang berlabel Shunique harganya berkisar Rp. 250.000,- hingga Rp. 400.000,-.
Dalam peragaan koleksi sepatunya kali ini sekaligus meresmikan butik dua lantai yang bernama SHOE etc (baca: syu.i.ti.si) miliknya yang berada di kawasan Kemang.
Profil Marista Santividya
Kecintaan Marista Santividya dalam dunia sepatu berawal pada saat ibunya meminta dia untuk ikut membantu dan terjun dalam bisnis keluarga, terutama nenek di Bandung. Tidak disangka, hal tersebut membuatnya semakin penasaran dan ingin menggali lebih dalam lagi tentang sepatu.
Marista kemudian meneruskan bersekolah di bidang aksesori dan sepatu di Istituto Europeo di Design (IED) di Roma, Italia selama satu tahun.
Pulang dari Italia, dia langsung berjibaku dengan berbagai persoalan produksi yang membawa pada kesadaran bahwa pengetahuannya tentang sepatu masih belum memadai.
Kemudian dia kembali ke Italia dan mendalami bidang khusus membuat sepatu. Selama hampir empat bulan belajar di Ars Sutoria Milan, minat dan cinta Marista seolah tumbuh pesat hingga memudahkannnya untuk menyesap cara mendesain, membuat pola, memilih bahan, hingga tercipta sepasang sepatu. Dia pun semakin mahir menciptakan sepatu yang unik dan penuh gaya.
Minat yang terpacu pesat ini memberanikan dirinya untuk membuka gerai sepatu yang memproduksi sepatu sendiri dengan label Marista Santividya sebagai lini utama dan lini kedua berlabel Shunique. Lini utama Marista ditujukan untuk wanita urban yang berusia 27 hingga 45 tahun yang aktif, mandiri, sadar tren dan penuh petualangan. (PR)
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...