Lebanon Sita 25 Ton Narkotika Yang Akan Dikirim Ke Afrika
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Pasukan keamanan Lebanon mengatakan pada hari Jumat (10/4) bahwa mereka telah menyita narkotika dengan jumlah terbesar dalam sejarah negeri itu pada bulan lalu. Mereka menyita 25 ton obat terlarang yang akan dikirim ke Afrika.
Negara Mediterania itu pada 15 Maret mengumumkan penguncian untuk menghentikan penyebaran virus COVID-19, yang kini telah secara resmi menginfeksi 609 orang dan menewaskan 20 pasien di seluruh negeri.
Pada 16 Maret, Pasukan Keamanan Internal (ISF) menghentikan ”delapan truk yang sedang menuju pelabuhan Beirut dan membawa ribuan kantong plastik tanah,” kata cabang keamanan.
Setelah diperiksa, ternyata isinya "sejumlah besar obat terlarang yang mencapai sekitar 25 ton... yang secara profesional disembunyikan di dalam kantong plastik tanah," katanya dalam sebuah pernyataan. Barang terlarang itu disita.
"Secara kuantitas ini adalah yang terbesar yang disita dalam sejarah Lebanon," tambahnya, dan dimaksudkan untuk dikirim ke "sebuah negara Afrika." Tetapi tidak disebutkan nama negara itu.
Obat terlarang itu dikemas dengan berbagai label seperti “Beirut mood,” “Spring flower,” atau “Kiki do you love me,” kata ISF. Namun tidak dijelaskan bagaimana tentang para pelaku kejahatan itu.
Mengkonsumsi, menanam, dan menjual opium secara hukum adalah ilegal di Lebanon, tetapi di bagian timur negeri itu, yang agak terpinggirkan, produksinya berkembang selama perang saudara pada kurun tahun 1975-1990.
Pihak berwenang sejak itu berjuang untuk menekan perdagangan dan produksinya yang telah berubah menjadi bisnis bernilai jutaan dolar.
Pada tahun 2016, Kantor PBB untuk Obat-obatan dan Kejahatan (United Nation Office on Drug and Crime / UNODC) menempatkan Lebanon sebagai sumber utama ketiga getah opium setelah Maroko dan Afghanistan, yang keduanya jauh lebih besar.
Pasukan keamanan secara teratur menggagalkan upaya ekspor obat terlarang di bandar udara Beirut dan juga menghancurkan ladang ganja.
Tetapi para petani melawan, memprotes karena kurangnya alternatif untuk mata pencaharian mereka. Pada 2012, mereka menembakkan roket ke buldoser tentara yang mencoba merusak tanaman mereka.
Sejak 2018, anggota parlemen telah mempertimbangkan melegalkan narkotika untuk tujuan medis untuk memberikan dorongan kepada ekonomi Lebanon yang sedang sakit. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...