Ledakan Hantam Pipa Gas Penting Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Sebuah ledakan terjadi di kawasan Poltava Ukraina tengah, hari Selasa (17/6), melanda jalur pipa transit terbesar untuk gas alam Rusia menuju Eropa barat dalam apa yang dikatakan pejabat Ukraina mungkin aksi teroris.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan beberapa teori penyebab ledakan itu sedang dipertimbangkan, terutama kemungkinannya “sebuah aksi teroris”.
Ia mengatakan , penduduk setempat mendengar dua ledakan keras sebelum bagian jalur pipa itu terbakar yang menunjukkan aksi “disengaja”.
Pejabat lokal mengutip saksi mata yang mengatakan mereka melihat kobaran api dari kebakaran itu mencapai ketinggian 200 meter. Tidak ada yang cedera dalam insiden itu.
Avakov mengatakan pihak berwenang Ukraina bulan lalu menggagalkan dua upaya serangan terhadap sistim gas Ukraina di Ukraina barat.
Kantor berita Reuters mengutip sebuah sumber di Gazprom, perusahaan gas alam milik Rusia mengatakan bahwa ledakan itu tidak mengganggu aliran gas berkat “jalur pipa paralel”.
“ Pipa gas Urengoi-Pomary-Uzhgorod, juga dikenal sebagai Trans-Siberia Pipeline, rusak di wilayah timur laut Lokhvytsia, “ kata pejabat kantor kepolisian setempat, dan menambahkan bahwa tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Jaringan sepanjang 4.500 kilometer (2.800 mil) yang menghubungkan ladang-ladang gas dengan Ukraina Barat dengan barat Rusia dan klien Eropah tengah.
“Sebelumnya, satu delegasi Ukraina, melakukan perjalanan ke Budapest dalam upaya membujuk perusahaan-perusahaan Eropa untuk menjual gas mereka, setelah Moskow memangkas pasokan ke Kiev,“ kata Group Perusahaan Naftogaz, (Senin16/6).
"Perusahaan-perusahaan Eropa siap untuk memberikan gas ke Ukraina. Mereka telah menawarkan gas pada harga yang baik dengan 320 dolar AS" per 1.000 meter kubik, “kata kepala eksekutif Naftogaz Andriy Kobolev, menurut situs web pemerintah.
Kobolev menambahkan bahwa Naftogaz sudah menjadi Perusahaan Group Jerman RWE dan perusahaan Prancis Gaz de France.
"Kami juga memiliki penawaran yang datang dari perusahaan-perusahaan yang sama besar lainnya," katanya.
Kepala eksekutif dari raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan bahwa hal itu akan ilegal bagi perusahaan-perusahaan Eropa untuk menjual impor gas dari Rusia ke Ukraina.
Perusahaan-perusahaan Eropa "tidak memiliki hak untuk melakukan itu," katanya kepada kantor berita Rusia, RiaNovosti.
Ukraina menerima setengah gas dari Rusia dan mengangkut 15 persen dari bahan bakar yang dikonsumsi di Eropa.
Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk menyebut langkah itu sebagai "tahap lain dari agresi Rusia terhadap negara Ukraina".
Yatsenyuk mengatakan, menjelang pemutusan Ukraina akan mendiversifikasikan sumber energinya dengan membeli gas dari Polandia, Hungaria dan Slovakia.
Rusia telah menaikkan harga gas sampai 485 dolar AS (sekitar Rp5,76 juta) dari 268 dolar (sekitar Rp3,18 juta) per 1.000 meter kubik setelah presiden Ukraina pro-Rusia Viktor Yanukovych digulingkan. (AFP/Ant/Rtr)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...