Legislator PDIP Tepis Kemungkinan RI Masuki Resesi Ekonomi
JAKARTA- Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah, menepis sinyalemen sejumlah pakar bahwa perekonomian Indonesia kini memasuki resesi. Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini juga memberi apresiasi atas respon pemerintah.
“Saya berharap, masyarakat tidak panik dengan perkembangan situasi rupiah yang terus melemah, karena pemerintah terus melakukan pengawasan dan kontrol terhadap berbagai sektor,” ujar Said yang juga anggota Komisi XI DPR ini, dalam percakapan melalui telepon dengan satuharapan.com, hari ini (26/8).
Ia sangat yakin bahwa ekonomi Indonesia tidak akan mengalami resesi. Pasalnya, secara fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dikisaran 4,67 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Karena itu, jelas Said, membandingkan krisis 1998 dengan sekarang ini berlebihan. “Itu dua situasi yang sangat berbeda. Saat 1998 lalu, pertumbuhan ekonomi kita minus 13 persen. Sekarang, ekonomi kita tumbuh positif. Jadi, nggak mungkin kita mengalami krisis ekonomi. Belanda masih jauhlah,” jelas politisi asal Jawa Timur ini.
Per defenisi, resesi ekonomi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Said mengatakan, sikap responsif pemerintah dalam menghadapi perlambatan ekonomi global yang juga berimbas ke perekonomian domestik sudah cukup baik. Paket kebijakan pemerintah seperti penurunan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), bebas visa untuk turis asing dari sejumlah negara dan penggunaan produk dalam negeri diyakini menjadi stimulus sehingga kegiatan ekonomi domestik kembali bergeliat.
“Respon pemerintah sangat melegakan. Dan ini semakin membangkitkan harapan bahwa komitmen pemerintah dalam membenahi ekonomi sudah on the track,” ujar Said disela-sela Rapat Banggar DPR, di Jakarta, Rabu (26/8).
Masyarakat Indonesia pinta Said tidak perlu terlalu khawatir dengan gejolak nilai rupiah yang kini menembus level Rp 14.000 per dolar AS. Apalagi, pelemahan mata uang ini hampir merata di seluruh kawasan. Karena itu, kata dia lagi, pelemahan rupiah ini harus dilawan dengan mengandalkan semua potensi sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah satu caranya, dengan menciptakan produk kreatif dan inovatif yang berdaya saing tinggi. Hal ini akan menjadi momentum mengembalikan kejayaan produksi dalam negeri.
Sebelumnya, Gurubesar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), Didin S. Damanhuri mengatakan bila sebelum ini perekonomian Indonesia menunjukkan gejala resesi, sekarang hal itu sudah terjadi.
Menurut dia, kurs rupiah terhadap dolar AS yang menembus Rp 14.050 akibat devaluasi Yuan terhadap dolar AS, telah berdampak pada banyak perusahaan besar maupun UMKM. Menurut dia, banyak perusahaan kelapa sawit dan batubara sudah melakukan PHK karyawan.
"Diperkirakan total PHK yang baru-baru saja sudah 50.000. Beberapa bulan lalu BPS merilis PHK sudah terjadi sekitar 300.000. belum ditambah PHK yang outsourcing dan kerja kontrak yang menurut UU kapan saja mereka bisa di PHK," kata dia, lewat akun Facebooknya, Selasa (26/7).
Masalah besar dalam beberapa waktu ke depan, kata dia, adalah jika kur rupiah terus melemah diikuti oleh guncangnya bank yang dilanjutkan dengan rush masyarakat karena panik. Ini, lanjut dia, dapat menimbulkan krisis moneter baru.
Dengan demikian, ia mengharapkan pemerintah mengambil langkah out of the box, seperti memberikan insentif kepada UMKM berupa pembebasan pajak, menguntik modal, mendongkrak ekspor dan menunda proyek-proyek raksasa. Dananya kemudian direlkasi ke proyek-proyek padat karya.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...