LIPI Ajak Masyarakat Konservasi Padang Lamun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi (UPT LPKSDMO) Pulau Pari, mengajak masyarakat pesisir agar peduli dan melakukan konservasi terhadap padang lamun.
Lamun, menurut Wikipedia, adalah sejenis rumput yang hidup di dasar laut, merupakan anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas.
Ajakan LIPI tersebut diwujudkan dalam program Pendidikan Lingkungan Pesisir (Plesir).
Program Plesir merupakan sosialisasi pengenalan lamun dan habitatnya, yakni padang lamun, serta pelatihan transplantasinya. “Program berupa pelatihan ini dikhususkan untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, yang tertarik mempelajari ilmu praktis kelautan, khususnya konservasi lamun,” kata Kepala UPT LPKSDMO Pulau Pari LIPI, Triyono, dalam keterangannya kepada Humas LIPI, Senin (22/8), seperti dilansir lipi.go.id.
Triyono mengatakan, untuk penyelenggaraan pelatihan kali ini, pihaknya bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (Himasper) Institut Pertanian Bogor (IPB). Himasper sendiri memiliki kegiatan yang sama dengan LIPI, yaitu Green Belt Conservation (GBC) 2016. “Kerja sama yang dijalin selaras dengan tujuan kami dalam mengupayakan konservasi perairan melalui penanaman lamun dan mengedukasi masyarakat tentang kesadaran pentingnya menjaga lingkungan kelautan,” kata Triyono.
Muhammad Ihsan Rifqi, Ketua Himasper IPB, menambahkan, alasan yang melatarbelakangi kegiatan GBC adalah masih minimnya perhatian berbagai kalangan tentang pentingnya peranan lamun dalam mata rantai kehidupan akuatik. Karena itu, diperlukan program rehabilitasi dan konservasi yang diharapkan mampu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya ekosistem lamun. “Sangat diperlukan kegiatan yang mengampanyekan manfaat lamun untuk keberlangsungan ekosistem laut,” katanya.
Sebagai informasi, acara GBC 2016 yang bertemakan Gema Konservasi Lamun dalam Upaya Menghijaukan Pesisir untuk Lingkungan Pesisir Lebih Baik, berlangsung pada 18 – 19 Agustus 2016 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Kegiatan yang di dalamnya juga berisi program Plesir tersebut diisi oleh kegiatan penanaman lamun, sosialisasi ekosistem lamun, dan operasi semut di sekitar pantai oleh peserta sebagai upaya membangun kesadaran tentang kebersihan dan menciptakan kenyamanan pantai.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...