LIPI Kembangkan Lima Komoditas Pertanian untuk Pangan Fungsional
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM – Lima komoditas pertanian yakni teh, kakao, singkong, pisang dan manggis, tengah dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sebagai pangan fungsional untuk pencegahan stunting.
“Indonesia masih punya pekerjaan rumah terkait penanganan stunting, dan perlu percepatan lewat penyediaan produk pangan fungsional. Lima komoditas tadi punya ketersediaan bahan baku melimpah serta potensi besar untuk dikembangkan,” kata Deputi Bidang Ilmu pengetahuan teknik LIPI, Agus Haryono di Denpasar, Bali pada Rabu (16/10), dilansir situs lipi.go.id.
Menurut Agus, Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity di dunia dikaruniai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
“Keanekaragaman hayati ini berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber pangan fungsional bagi peningkatan kesehatan juga kesejahteraan masyarakat,” kata Agus.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, R Arthur Ario Lelono menjelaskan, keberadaan pangan fungsional penting untuk melengkapi makanan pokok yang nilai nutrisinya mungkin masih belum memadai. “Kita tidak bisa menggantikan makanan pokok seperti nasi sehingga perlu memberikan tambahan nutrisi lewat pangan fungsional,” kata Arthur.
Kekayaan alam Indonesia lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi adalah teh.
“Teh sangat baik untuk diet, selain itu berfungsi sebagai antioksidan, penurun kolesterol, peningkat metabolisme tubuh, penjaga kesehatan tulang, dan pencegah diabetes,” kata Arthur. Saat ini LIPI mengembangkan produk klon unggul teh seri Gambung. “Teh ini berpolifenol tinggi cocok digunakan sebagai bahan baku minuman fungsional untuk menurunkan risiko obesitas.”
Agar nikmat dikonsumsi, dilakukan proses fortifikasi dengan rasa lebih baik, dan bisa dikonsumsi rutin layaknya teh pada umumnya. “Daun salam ditambahkan sebagai salah satu pengawet alami serta kayumanis untuk meningkatkan keberterimaan rasa dari konsumen,” kata Arthur.
LIPI juga melakukan formulasi dan identifikasi asam folat dari campuran nikstamal jagung , bayam dan brokoli terfermentasi, dan tempe kedelai dan kacang hijau,” kata Arthur. Ia menjelaskan, formulasi tersebut diaplikasikan pada pembuatan pangan fungsional berupa biskuit, bubur dan sup bayi dengan variasi jenis dan konsentrasi fortifikan yang berbeda dalam formulasi produk makanan pendamping ASI.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...