LIPI Kukuhkan Profesor Riset Bidang Mikrobiologi dan Sosiologi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan dua profesor riset baru di Auditorium LIPI, Jl Gatot Subroto 10 Jakarta, Senin (15/9). Kedua ilmuwan itu, Dr Tatik Khusniati dari Pusat Penelitian Biologi dan Dr Henny Warsilah dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan.
Tatik Khusniati menyampaikan orasi ilmiah dalam bidang mikrobiologi dengan judul “Peran Mikroba dan Enzim dalam Industri Susu dan Produk Turunannya”. Sementara itu, Henny Warsilah memaparkan orasi ilmiah dalam bidang sosiologi dengan judul “Transformasi Sosial Masyarakat Kota Jakarta dari Periode Orde Baru hingga Era Reformasi”.
Tatik Khusniati, yang menyoroti peran mikroba dan enzim dalam industri susu, mengungkapkan industri pengolahan susu, khususnya susu sapi, belakangan tumbuh pesat. “Sayangnya, industri pengolahan susu menghadapi kendala terutama susu yang mudah rusak. Kerusakan yang paling sering terjadi karena kontaminasi bakteri. Karena itu, deteksi kerusakan susu menjadi sangat penting dilakukan,” dia menegaskan.
Secara tradisional, Tatik mengungkapkan kerusakan susu dan produk turunannya ditentukan oleh indera perasa (organoleptik). Pengujian lebih lanjut biasanya dilakukan secara mikrobiologis dan biokemis. Penentuan kerusakan susu lebih akurat antara lain dengan cara mengidentifikasi mikroba perusak susu dan mengidentifikasi enzim yang dihasilkannya.
Salah satu usaha paling umum dilakukan untuk menghilangkan mikroba kontaminan dengan cara dipasteurisasi. Bila cara itu kurang berhasil, ada cara lain dari penelitian terbaru, yakni melalui penambahan senyawa pengawet, di antaranya senyawa volatile (senyawa atsiri) yang memiliki anti bakteri. “Selain itu, menggunakan beberapa bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri perusak dan sekaligus menekan sintesis enzim perusak susu,” dia menjelaskan.
Masyarakat Terbuka dan Universal
Pada sisi lain, Henny Warsilah dalam orasi ilmiah mengupas tentang transformasi sosial masyarakat Kota Jakarta. Menurutnya, transformasi sosial di ruang kota adalah perubahan masyarakat kota secara sosial, budaya, ekonomi, dan politik ke arah lebih baik. Jika proses transformasi sosial tidak diarahkan dengan baik sesuai konsep keseimbangan penataan ruang kota, antara ruang fisik dan ruang sosial, akan menghasilkan wajah kota yang tidak beradab.
“Transformasi fisik kota Batavia dari sisi sejarah sosial berlangsung dengan cepat, dari sebuah tempat dagang menjelma menjadi kota Batavia. Dari sisi penduduk pun mengalami perkembangan pesat pula. Pascakemerdekaan RI, Kota Batavia tertransformasi menjadi Kota Jakarta secara fisik, politik, dan secara sosial budaya,” dia menjelaskan.
Secara politik, katanya, Kota Jakarta tidak lagi dikuasai oleh penjajah Belanda, setelah merdeka diperintah oleh gubernur Jakarta. Secara sosial, penduduk bukan lagi didominasi orang asing dan Tionghoa, tetapi oleh seluruh penduduk dari kepulauan Nusantara.
Hubungan-hubungan sosial berkembang pesat tidak di bawah dominasi penjajah, masyarakat sudah mengekspresikan diri secara luas. Secara budaya, budaya Jakarta sangat heterogen, masing-masing budaya etnik dapat tampil sejajar dengan budaya dari luar (bazaar budaya). Masyarakat Jakarta menjadi masyarakat terbuka dan universal, akomodatif terhadap perbedaan suku, agama, ras dan ideologi serta menjadi masyarakat inklusif.
Namun demikian, Henny melihat transformasi sosial di ruang Kota Jakarta pada satu sisi memberikan nilai tambah berupa kehidupan yang lebih nyaman kepada sebagian penduduk kota, tetapi pada sisi lain menghasilkan suatu kondisi ketidakberuntungan bagi penduduk miskin. Jika tidak direncanakan secara matang, akan melahirkan budaya kekerasan, atau culture of violence, dan tumbuh suburnya budaya premanisme atau jago di kalangan penduduk kota.
“Belajar dari kondisi di atas, dibutuhkan suatu transformasi dalam penataan ruang kota yang propublik dan terintegratif sifatnya, dan setelah proses transformasi berlangsung dibutuhkan suatu rekonstruksi sosial untuk meningkatkan kondisi ruang kota ke arah yang lebih baik,” dia menandaskan. (lipi.go.id)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...