LIPI Prihatin Jumlah Peneliti Taksonomi Masih Minim
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia saat ini menyandang status sebagai salah satu negara dengan keanegaragaman hayati (kehati) yang tinggi atau kerap disebut megabiodiversity. Sayangnya, fakta memperlihatkan jumlah ahli pengelompokan jenis flora dan fauna (taksonomi) di negeri ini masih minim dan tidak seimbang dengan kekayaan kehati yang ada.
Indonesia sekarang hanya memiliki ahli taksonomi berjumlah 174 orang dari 9.000 peneliti yang ada. Ini tentu memprihatinkan apabila dibandingkan dengan besarnya kehati di seluruh Nusantara, kata Dr Iskandar Zulkarnain Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada peluncuran Dokumen Indonesian Biodiversity Strategy Action Plan (IBSAP) 2015-2020 di Gedung Bappenas Jakarta, Sabtu (21/1), seperti dilansir situs lipi.go.id.
Iskandar berharap, pemerintah memperhatikan betul kondisi tersebut. Pihaknya berupaya akan melakukan rekrutmen peneliti, khususnya ahli taksonomi lebih banyak lagi. Selain itu, dia juga berharap pemerintah bisa membantu LIPI untuk menambah jumlah ahli taksonomi melalui kebijakan nasional yang membuktikan adanya perhatian terhadap pemberdaya genetik.
Tak hanya itu saja, Iskandar juga akan berupaya agar rekrutmen peneliti secara keseluruhan bisa lebih banyak lagi pada tahun-tahun mendatang. “Karena yang ideal itu jumlah peneliti di suatu negara minimal 1.000 orang peneliti per 1 juta penduduk, " katanya
Dia pun berharap, tahun ini atau tahun depan bisa merekrut peneliti lebih banyak lagi. Walaupun ada moratorium, ia berharap pemerintah mengecualikannya. Sebab, banyak peneliti LIPI, khususnya ahli taksnomi yang akan purnabakti.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudharmonowati, mengatakan penambahan peneliti secara umum dan juga khusus taksonomi terencana secara baik di LIPI. Khusus rekrutmen peneliti taksonomi, pihaknya merancang kebutuhan taksonom dari tahun ini hingga 2019 sejumlah 159 orang.
“Kami berharap, rancangan tersebut mampu terpenuhi dengan baik seperti road map perencanaan sumber daya manusia yang telah dilakukan,“ katanya
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...