LPS Tutup 62 Bank Sejak 2005
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak beroperasi pada 22 September 2005 sampai 31 Desember 2014 telah melikuidasi 62 bank, diantaranya satu bank umum dan sisanya Bank Perkreditan Rakyat.
"Pada 2014 kami telah melikuidasi enam Bank Perkreditan Rakyat dengan pencairan klaim oleh nasabah sebesar Rp 39,37 miliar," kata Ketua Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan, Kartiko Wiroatmodjo pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Hingga akhir Desember 2014 total aset bank yang dilikuidasi oleh LPS sebesar Rp 455,5 milliar dan total simpanan bank yang dilikuidasi Rp 1,27 triliun.
Dalam rapat tersebut ia juga memaparkan ada 45 bank yang telah berakhir dilikuidasi dan untuk pengembalian dana penjaminan bank yang telah berakhir likuiditas ada 14,54 persen dan bank yang klaim layak bayar ada 98,887 rekening dan kalim yang sudah dibayar Rp 734,94 miliar.
Ia mengatakan sebanyak 158 juta rekening dari bank umum telah tercatat di Lembaga Penjamin Simpanan dan sudah termasuk rekening yang nilainya di atas Rp 2 miliar dengan jumlah 119 bank umum dan 1.799 Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Kemudian ia memaparkan pencapaian LPS selama 2014 yaitu telah mencapai 82,95 persen depositor payout ratio dari target 88 persen, telah meningkatkan cakupan suku bunga LPS terhadap simpanan sebnyak 99,68 persen dari targert 90 persen.
"LPS juga membayar klaim tepat waktu sesuai target yaitu lima dan 90 hari kerja serta menyelesaikan proses likuidasi rata-rata 26 bulan, lebih cepat dari target LPS yaitu 28 bulan," kata dia.
Pihaknya juga dapat menjual bank yang diselamatkan di atas "owner estimate price".
Lembaga ini juga telah melakukan penyelamatan pada Bank Century yang telah berganti nama menjadi Bank Mutiara sejak tanggal 21 November 2008.
"Pada 20 November 2014, LPS telah menjual saham Bank Mutiara kepada Citra Marga Nusaphala dengan harga Rp 4,4 triliun," katanya. (Ant)
Rusia Hadapi Masalah Ekonomi Yang Berat di Tengah Perang Ukr...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Inflasi yang membandel, biaya pinjaman yang selangit, risiko kebangkrutan, d...