Luhut Angkat Isu Papua dalam Kunjungan ke Australia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, akan mengangkat isu Papua dalam kunjungannya ke Australia pekan ini. Luhut bertolak ke negara jiran itu pada hari Selasa malam (7/6) untuk melakukan pertemuan bilateral.
Menurut dia, seperti diberitakan Kompas, di antara isu strategis yang akan dibicarakan adalah masalah Papua.
Sehari sebelumnya, Luhut mengumpulkan sejumlah perwakilan kementerian dan lembaga, yang antara lain membahas masalah Papua.
"Kami menajamkan soal Papua. Kami mau mensinkronkan. Tadi saya lapor presiden, presiden ingin penyelesaian (masalah) Papua betul-betul holistik dilakukan," ujar Luhut seusai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Polhukam, Senin malam.
Tuntutan penentuan nasib sendiri bagi Papua dewasa ini terlihat semakin mengemuka dan mendapat perhatian internasional yang semakin meluas. Belakangan, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), organisasi terdepan yang menyerukan hal ini, semakin mengerucutkan tuntutannya bagi perlunya dilakukannya referendum menuju merdeka.
Berdasarkan catatan satuharapan.com, Australia merupakan salah satu negara tempat bermukimnya tokoh-tokoh gerakan yang menginginkan penentuan nasib sendiri Papua. Gerakan ini sedikit banyak telah mendapat simpati dari para politisi negara itu. Menurut data yang diperoleh satuharapan.com dari International Parliamentarians for West Papua (IPWP), jaringan anggota parlemen dan politisi seluruh dunia yang menyerukan penentuan nasib sendiri bagi Papua, setidaknya ada 15 senator dan anggota parlemen Australia yang menandatangani seruan itu. Mereka adalah Senator Bob Brown (Australian Greens), Senator Sarah Hanson-Young (Australian Greens),Senator Richard Di Natalem (Ketua Australian Greens) Christine Milne (Australian Greens), Cate Faehrmann (Green, Anggota Parlemen NSW), Laurie Ferguson (Anggota Parlemen), Senator John Madigan, Jane Prentice (Anggota Parlemen), Melissa Parke (Anggota Parlemen), Senator Larissa Waters (Anggota Parlemen), Billy Gordon (Anggota Parlemen), Senator Lee Rhiannon, Rob Pyne (Anggota Parlemen), Jamie Parker (Australian Greens), Senator Janet Rice (Australian Greens).
Sebuah peristiwa terbaru yang menandai pentingnya Australia bagi gerakan yang memperjuangkan penentuan nasib sendiri bagi Papua adalah adanya permintaan untuk menghapus mural bergambar bintang kejora di pusat kota Darwin, yang dikatakan bersumber dari tekanan eksternal, yaitu konsulat Indonesia di sana. Gambar tersebut dibuat oleh penduduk berlatar belakang etnis Aborigin, sebuah tanda bahwa dukungan bagi penentuan nasib sendiri bagi Papua juga berkembang di kalangan etnis asli pulau tersebut. Seruan agar gambar itu dihapus juga telah memunculkan kritik, karena dianggap melanggar kebebasan berekspresi.
Beberapa mahasiswa Papua yang mendapat beasiswa pemerintah Indonesia bersekolah di Australia, juga pernah dilaporkan mendukung gerakan penentuan nasib sendiri. Sementara Jurubicara ULMWP, Benny Wenda, baru-baru ini berkunjung ke negara itu dalam sebuah rangkaian tour untuk mengangkat masalah Papua.
Sebuah laporan dari komisi yang berafiliasi dengan Gereja Katolik Brisbane, baru-baru ini juga telah mengguncang dunia yang mengungkap pelanggaran HAM masif di Papua dan menyerukan campur tangan PBB di pulau itu.
Editor : Eben E. Siadari
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...