Luhut: Bebaskan WNI, Operasi Militer Dikesampingkan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Hukum dan Keamanan, Luhut B Pandjaitan mengatakan operasi militer untuk membebaskan 10 WNI dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina masih dikesampingkan.
"Opsi untuk melakukan operasi militer masih kami kesampingkan karena itu menyangkut masalah konstitusi dari negara lain, yang tentu harus kita hormati," kata Luhut usai menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, pada hari Selasa (12/7).
Dia mengatakan, pemerintah memiliki beberapa opsi untuk membebaskan 10 WNI dari penyaderaan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Opsi itu tidak elok juga terus dibuka karena sedang berjalan. Jadi saya pikir percayakan dengan pemerintah. Kami masih punya pilihan-pilihan untuk membebaskan karena ini bukan kasus pertama," kata dia.
Dia juga menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan segala upaya, termasuk operasi militer jika dibutuhkan dan sudah mendapatkan izin dari Pemerintah Filipina.
"Presiden sudah menelepon Presiden Filipina dan menulis surat, saya kira itu langkah-langkah yang sudah dilakukan dan Presiden (Rodrigo) Duterte juga sudah memberi respon. Kita lihat, `kan butuh waktu juga, tidak bisa juga seperti membalikkan tangan," katanya.
Dia hanya mengungkap langkah-langkah pengamanan ke depan agar kasus penyaderaan WNI di perairan Filipina tidak terulang lagi.
"Pengamanan ke depan akan kita lakukan dan sudah lapor Presiden. Menhan (Ryamizard Ryacudu) juga sedang akan bertemu Menhan Filipina dan Menhan Malaysia," ungkapnya.
Ketika ditanya penyaderaan oleh kelompok Abu Sayyaf kembali terulang karena Indonesia membayar tebusan untuk pembebasan sandera, Luhut mengakui bahwa hal tersebut dimungkinkan.
"Saya tidak ingin berandai-andai soal itu, ya (itu) mungkin," katanya.
Dia mengatakan bahwa penyaderaan ini terjadi karena salah satu faktor pengiriman batubara ke Filipina masih menggunakan kapal kecil.
"Karena itu kita lagi mikir untuk mempertimbangkan menggunakan kapal pengangkut batubara yang lebih besar sehingga itu sulit untuk dilakukan pembajakan," katanya.
Sebanyak 10 WNI saat ini disandera, tujuh WNI di antaranya disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan, pada Senin (20/6/) dan tiga lainnya disandera di perairan wilayah Felda Sahabat, Lahat Datu, Malaysia, Sabtu (09/07). (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...