Lulung dan Taufik Turut Berdoa untuk Kesembuhan Ahok

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Demam berdarah yang diderita Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok ternyata menyita perhatian berbagai pihak, termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang tengah berseteru dengannya.

Wakil Ketua DPRD, Abraham Lunggana atau yang akrab disapa dengan Haji Lulung dari Fraksi PPP pun menyatakan simpatinya terhadap Ahok.

"Ya kita doain lah supaya dia cepet sembuh. Tetep jaga kesehatan jangan diforsir karena kita lagi menghadapi masalah yang besar,” ujar Haji Lulung saat ditemui di Gedung DPRD, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (9/3) siang.

Sebelumnya, Ahok dan anggota dewan memang tengah diributkan dengan persoalan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Persoalan tersebut sudah sempat dimediasi oleh Kementerian Dalam Negeri namun sayangnya gagal. DPRD mempermasalahkan Ahok menyalahi prosedur dalam pengiriman berkas APBD ke Kemendagri.

"Makanya ngomong undang-undang deh jangan ngomong clenehan. Jangan bilang nyelamatin Rp 12,1 triliun. Dana siluman itu saja sampai sekarang nggak terbukti. Dagang terus, kalau pencitraan susah orang itu," ujar Lulung sambil setengah tertawa.

Di sisi lain, Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Gerindra M Taufik pun mengutarakan rasa simpatinya pada Ahok yang tengah sakit.

"Mesti cepet sembuh dong. Tapi segera disemprot karena lingkungan itu harus sehat. Segera di fogging. Kelurahan mesti fogging. Semoga lekas sembuh, bisa kerja lagi," ujar Taufik yang ditemui di depan ruang kerjanya.

Taufik juga menyarankan agar fogging segera dilaksanakan agat warga tak tertular demam berdarah.

Ahok memang dikabarkan tengah sakit demam berdarah sejak Minggu (8/3) kemarin. Menurut staf pribadinya, Ahok sepekan ini mengeluh tengah tak enak badan. Belum ada konfirmasi lanjutan apakah ia dirawat di rumah sakit atau tidak. Namun staf probadinya mengakui Ahok terkena gigitan nyamuk demam berdarah di rumahnya. Anak bungsunya, Daud Albanneer juga dikabarkan tengah menderita penyakit yang sama. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja