Maarif Award 2014: Menjaring Pemimpin Lokal yang Otentik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Maarif Institute merasa tertantang untuk memberikan penghargaan terhadap tokoh lokal atau dari daerah lain yang mampu peduli pada lingkungan dan dengan segala keotentikannya. Penghargaan tidak melulu harus diberikan kepada tokoh sentral seperti para elit politik, maupun elit agama.
Tantangan tersebut yakni bagaimana menjaring tokoh seperti itu jelang pemilu 2014. Ini sebagaimana disampaikan dalam konferensi pers Maarif Institut yang bertempat di Jalan Tebet Barat Dalam 2, Jakarta Selatan, Selasa (28/1) sore.
Maarif Award adalah sebuah penghargaan bagi orang biasa dengan karya yang luar biasa. Tahun 2014 memang disebut tahun pemilu, namun adanya Maarif Award 2014 ini bukan karena momentum pemilu itu sendiri, melainkan merupakankelanjutan dari penghargaan sebelumnya.
Setiap dua tahun sekali lembaga yang didirikan oleh Buya Syafii Maarif pada 2003 ini merasa perlu memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh dengan karya kemanusiaan yang luar biasa.
Maarif Award tahun 2014 memiliki lima orang juri, namun yang hadir dalam kesempatan ini hanya tiga juri yaitu, Direktur Program Maarif Institute, M. Amin Abdullah; Wakil Ketua Dewan Pembina CSIS sekaligus Dewan Pembina Maarif Institut, Clara Joewono; dan Tuan Guru Hasanain Juaini, penerima Maarif Award 2008 yang merupakan tokoh agama dan aktivis konservasi lingkungan di Lombok Barat.
Sedangkan dua juri lainnya Andi F. Noya, jurnalis senior dan presenter acara televisi Kick Andy, dan Maria Hartiningsih, aktivis perempuan dan wartawati senior Kompas, berhalangan hadir.
Sampai saat ini penghargaan Maarif Award sudah diberikan empat kali, jumlah penerima sampai saat ini ada sembilan orang, termasuk Tuan Guru Hasanain.
Kerinduan Masyarakat Indonesia
Melalui penghargaan, Maarif Institute bermaksud menyampaikan kepada generasi muda, tokoh-tokoh daerah yang tidak kalah penting dalam kepemimpinan yang bersifat multikultural, serta perhatiannya terhadap lingkungan sekitar, itulah yang sedang dirindukan masyarakat Indonesia.
Menurut Hasanain, masyarakat indonesia selama ini menganggap tidak ada pemimpin yang berdedikasi, benar-benar peduli terhadap rakyat kecil, serta mendukung pelestarian lingkungan yang selama ini sudah dianggap rusak.
Pria yang lebih akrab disapa Tuan Guru ini, menuturkan harus ada kelompok yang bisa mewujudkan menjawab pertanyaan masyarakat, inilah tujuan Maarif Award.
“Harus ada kelompok yang menjawab apa yang anda harapkan, namun anda anggap tidak ada itu, ternyata ada. Hanya saja mungkin tempatnya ada di pelosok desa dan tempat terpencil yang bahkan mereka tidak mau menampilkan diri. Inilah yang menjadi agenda panitia pemilihan, di mana harus melacak langsung, bertanya pada orang lain, bahkan yang bersangkutan jika ditanya malah sembunyi,” jelas Tuan Guru.
Masukan Bisa dari Mana Saja
M. Amin Abdullah menjelaskan, masukan-masukan bagi pemberian penghargaan kepada tokoh-tokoh bisa berasal dari mana saja, termasuk dari media massa. Tokoh yang ditemukan akan menjadi prototipe pemimpin yang patut dijadikan contoh bagi generasi muda.
“Kami melihat pemimpin yang berdedikasi secara kemanusiaan kurang begitu nampak gerakan duplikasinya. Ketika kami sudah menjaring tokoh seperti itu, kami akan melakukan roadshow untuk menjelaskan apa yang dilakukan mereka kepada masyarakat luas, sehingga prototipe kepemimpinan dari waktu ke waktu akan semakin nampak. Jadi tidak hanya dari pusat, tetapi juga dari daerah.” dia menambahkan.
“Yang ingin kami capai adalah menjaring penerima maarif award dari orang biasa tapi yang mempunyai misi kemanusiaan yang luar biasa. Kami percaya sangat banyak tokoh-tokoh dari daerah, tapi harus kami cari dan kami jaring, karena tokoh-tokoh seperti ini tidak pernah menonjolkan diri dan sangat jauh dari hiruk pikuk ibu kota, maka juri perlu melakukan usaha khusus.” ungkap Clara.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...