Macron dan Netanyahu Saling Kritik Soal Yerusalem
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Para pemimpin Prancis dan Israel, hari Minggu (10/12), saling melontarkan kritik atas keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, sementara aksi kekerasan baru meluas di seluruh kawasan, setelah langkah yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Di Yerusalem, seorang warga Palestina menusuk penjaga keamanan Israel, serangan pertama di kota yang bergolak itu sejak pengumuman Trump, hari Rabu (6/12).
Di Beirut, sejumlah demonstran Lebanon dan Palestina bentrok dengan aparat keamanan di luar Kedutaan Amerika yang dijaga ketat, dan para menteri luar negeri Arab mengadakan pertemuan di Kairo menuntut Amerika membatalkan keputusannya itu.
Langkah itu membalikkan kebijakan Amerika Serikat selama puluhan tahun dan konsensus internasional sejak lama bahwa nasib Yerusalem akan ditentukan di meja perundingan.
Israel dan Palestina mengklaim bahwa bagian timur kota itu merupakan masalah utama konflik, dan pengumuman Trump yang dinilai sebagai keberpihakan Amerika pada Israel telah dikecam luas dunia internasional.
Dalam sebuah pertemuan di Paris dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu – yang sedang berkunjung ke sana – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk aksi kekerasan terbaru terhadap Israel, tetapi ia juga menunjukkan sikapnya yang tidak menyetujui keputusan Trump dan menyebutnya sebagai hal yang “membahayakan perdamaian.”
Macron menyerukan Israel untuk membekukan pembangunan permukiman di wilayah yang didudukinya dan mendesak langkah-langkah mengembalikan kepercayaan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebut keputusan Trump sebagai keputusan “bersejarah”, mengatakan Israel telah mempertahankan ibu kotanya selama 70 tahun dan hubungan Yahudi dengan Yerusalem telah terjadi sejak 3.000 tahun lalu.
“Paris adalah Ibu Kota Prancis, Yerusalem adalah Ibu Kota Israel,” ujar Netanyahu. “Kami menghormati sejarah dan pilihan Anda. Dan kami tahu sebagai teman, Anda menghormati kami,” tegasnya. Ditambahkannya, “saya kira semakin cepat Palestina menyadari kenyataan ini, semakin cepat kita menuju perdamaian.”
Saling kecam diantara dua sekutu itu menunjukkan potensi terjadinya ketegangan dalam pertemuan antara Netanyahu dengan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, hari Senin (11/12).
Isu Yerusalem dan proses perdamaian yang mati suri diperkirakan akan menjadi agenda utama pertemuan itu. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...