Mahakasih atau Mahakuasa?
Jangan sia-siakan hidup kita!
SATUHARAPAN.COM – Sebagian orang memandang Allah sebagai Pribadi Mahakasih sehingga tak perlu menjaga kekudusan hidupnya. Pokoknya: Allah itu mahakasih, asal kita minta ampun kepada-Nya pasti Dia akan memberikan. Salah-salah dikit, nggak apa-apalah! Allah tahu kok bahwa kita ini debu! Namanya juga manusia! Bukankah tugas Allah itu mengampuni?
Sebaliknya, ada yang memandang Allah sebagai Pribadi Mahakuasa yang senantiasa mengawasi dan siap menghukum umat! Mereka menjadi takut bertemu dengan Allah. Sulit bagi mereka untuk bersikap bebas di hadapan Allah. Kalaupun melakukan kehendak Allah, itu semua karena takut akan hukuman.
Kedua ektrem tadi bukanlah pandangan yang tepat. Allah adalah mahakasih sekaligus mahakuasa. Sehingga ketika kita merasa sedikit kurang ajar kepada Allah, ingatlah bahwa Allah yang Mahakuasa itu bisa menghukum kita. Atau, kalau kita merasa ketakutan bertemu dengan Allah, ingatlah bahwa Allah mengasihi kita.
Dalam Mazmur 147, Pemazmur memperkenalkan Allah sebagai Pribadi yang membangun, mengumpulkan umat yang tercerai-berai, menyembuhkan orang-orang yang patah hati, menegakkan kembali orang yang tertindas; sekaligus pribadi yang merendahkan orang fasik. Dia adalah Pribadi yang berkuasa memberikan ampun; sekaligus Pribadi yang berkuasa menghukum.
Allah yang Mahamurah itu jugalah yang diperkenalkan Yeremia. Yeremia bernubuat: ”Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka. Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” (Yer. 31:13-14).
Perhatikan, ”Aku akan mengubah, Aku akan menghibur, Aku akan memuaskan, dan umat-ku akan menjadi kenyang.” Nubuat itu memang belum terjadi. Perhatikan penggunaan ”akan” tadi. Itulah harapan Israel.
Dan harapan Israel itu terwujud dalam diri diri Yesus Kristus—Allah yang menjadi manusia. ”Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia....” (Yoh. 1:16).
Kehadiran Allah di dunia tidaklah sekadar memancarkan kemuliaan-Nya. Lebih dari itu, Allah merupakan Pribadi yang menganugerahkan kasih karunia demi kasih karunia. Dengan kata lain, penganugerahan itu bersifat ajeg, tak terputus. Namun, semuanya itu bukan tanpa tujuan. Penganugerahan itu dimaksudkan agar umat hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Ef. 1:4).
Ya, Dialah Pribadi yang Mahakasih sekaligus Mahakuasa. Karena itu, jangan sia-siakan hidup kita!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...