Mahasiswa Unair Produksi Masker Terapi Pengusir Flu dan Batuk
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM – Lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya berhasil berinovasi membuat masker terapi yang mengandung aroma ekstrak herbal yang bisa membantu mengatasi flu dan batuk.
Masker yang dinamai Coco-Mask (Common Cold Mask) itu, merupakan masker yang memang diproduksi sebagai terapi dan upaya mengatasi flu dan batuk. Keunggulan yang ditawarkan, Coco Mask mengandung the best FST (Flexible design, Sambiloto herbal extract, dan Top Grade) Mask. Sambiloto memiliki kandungan andrographolide yang bisa meningkatkan imunitas (kekebalan) pada saluran pernapasan hidung sehingga efektif untuk mengatasi common cold (flu dan batuk).
“Masker ini efektif digunakan selama 3-5 hari setelah gejala muncul,” kata Ayu Ummi Maufiroh (Biologi 2015), ketua kelompok, seperti dikutip dari kominto.jatimprov.go.id. Sedang empat anggota kreatif lain adalah Lusky Andriana (Biologi 2015), Fitria Mustianingsih (Biologi 2015), Elza Ismaya Dewi (2015), dan Arjun Niam Al (Kimia 2014).
Inovasi tersebut dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) berjudul “Coco-Mask (Common Cold Mask) Terapi Herbal Ekstrak Daun Andrographis paniculata sebagai Upaya Mengatasi Flu dan Batuk”. Setelah diseleksi oleh Kemenristekdikti, proposal tersebut lolos dan memperoleh dana hibah pengembangan dari Dirjen Dikti tahun 2016.
Inovasi itu, kata Ayu, dilatarbelakangi pengobatan awal flu dan batuk atau common cold lebih sering menggunakan obat-obat simptomatis yang bisa dibeli bebas di pasaran (apotek atau toko obat). Misalnya obat analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antibiotik sederhana. Padahal, dari beberapa jurnal Internasional menyebutkan bahwa pengobatan penyakit ini dengan menggunakan obat tersebut memberikan efek samping pada saluran cerna dan resistensi patogen.
Penderita flu batuk akibat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) nonspesifik merupakan infeksi yang disebabkan virus kategori air borne disease. Infeksi menular terjadi ketika tetesan patogen terkontaminasi dengan udara sehingga terhirup manusia. Selain itu didukung pula suhu lingkungan yang cenderung berubah karena Indonesia beriklim tropis dengan intensitas curah hujan tinggi.
Gejala umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan dari batuk yang mengandung virus. Tanda dan gejala meliputi hidung berair dan tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala ringan, dan mata berair. Dalam meminimalisir penularan efek tersebut, masyarakat umum cenderung menggunakan masker hidung.
Produk Coco-Mask ini dijual secara eceran dan dikemas dalam kardus. Satu kardus berisi 6 masker herbal, sedang per lembar masker dijual Rp 5.000. Tampilan produk masker yang warna-warni,diharapkan menarik minat calon pembeli dari kalangan mahasiswa sampai masyarakat umum.
Selama tiga bulan produk ini dibuat, menurut Ayu, sudah terjual 108 buah masker yang tersebar ke beberapa daerah di Jawa. Ke depan produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa, bahkan diproyeksi juga ke luar negeri. Selain itu “Coco-Maks” bisa dipesan melalui instagram dengan akun cocomask_herbal atau line dengan id @syr3010a.
“Dengan harga yang ekonomis dan tidak menguras kantong, tetapi sudah bisa mendapatkan masker yang memiliki manfaat lebih sebagai terapi dibandingkan masker biasa,” kata Ayu Ummi, optimistik.
Editor : Sotyati
Uskup Suharyo: Semua Agama Ajarkan Kemanusiaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan ap...