Makin Banyak Anak-anak Mengungsi ke Eropa Lewat Laut
SATUHARAPAN.COM – Lebih dari sepertiga migran yang menghadapi bahaya dengan menyeberangi laut dari Turki ke Yunani adalah anak-anak, menurut pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Untuk pertama kalinya sejak dimulainya krisis migran ke Eropa, sekarang lebih banyak perempuan dan anak-anak yang melintasi perbatasan dari Yunani ke Makedonia daripada pria dewasa, menurut Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, hari Rabu (3/2).
Jumlah migran ke Eropa merupakan yang terbesar sejak krisis pada Perang Dunia II, dengan tahun lalu lebih dari satu juta orang yang melarikan diri perang, kekerasan dan kemiskinan menuju Eropa dengan mempertaruhkan nyawa.
"Anak-anak saat ini mencapai 36 persen dari mereka yang mempertaruhkan nyawa melintasi laut yang berbahaya antara Turki dan Yunani," kata juru bicara UNICEF, Sarah Crowe.
"Anak-anak dan perempuan pengungsi mencapai hampir 60 persen" dari mereka yang masuk dari Makedonia, tambahnya.
Angka-angka itu menunjukkan perubahan signifikan sejak Juni 2015, ketika 73 persen dari migran adalah pria dewasa dan hanya satu dari 10 orang berusia di bawah 18 tahun.
Koordinator UNICEF untuk Pengungsi dan Krisis Migran di Eropa, Marie Pierre Poirier, mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak lebih rentan terhadap bahaya dalam perjalanan ke Eropa.
"Implikasi dari lonjakan proporsi anak-anak dan perempuan bergerak sangat besar," katanya dalam sebuah pernyataan. "Ini berarti lebih beresiko di laut, terutama di musim dingin sekarang, dan lebih butuh perlinduingan di darat."
Satu dari Lima Yang Tenggelam
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan pada Selasa (2/2) bahwa satu dari setiap lima orang yang tenggelam pada bulan dalam pelayaran dari Turki ke Yunani adalah anak-anak, sedikitnya 60 dari 272 korban.
Sebanyak 330 anak meninggal di laut selama lima bulan terakhir, dan banyak dari mereka berada hanya beberapa meter dari pantai, kata organisasi itu.
Tren suram kasus migran tenggelam di laut meningkat tahun lalu ketika hampir 4.000 orang meninggal ketika berusaha mencapai Eropa melalui laut.
Kasus balita Suriah korban tenggelam, Aylan Kurdi, yang jenazahnya ditemukan terdampar di pantai Bodrum, Turki telah mengundang perhatian internasional.
Tanpa Pendamping
Pada Januari lalu, hampir 62.200 migran dan pengungsi masuk Eropa melalui Yunani, sebagian besar dari mereka dari Suriah, Afghanistan dan Irak, kata IOM. Hampir sepertiga dari mereka adalah anak-anak yang tidak didampingi orang dewasa.
Badan kepolisian Eropa, Europol, memperingatkan bahwa anak-anak yang bisa sampai saja sudah sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan dan trafficking.
Lebih dari 10.000 anak-anak tanpa pendamping terdaftar tiba di Eropa selama 18 bulan terakhir setelah dua tahun menghilang, kata lembaga penegak hukum Uni Eropa.
Sarah Crowe dari UNICEF mengatakan bahwamekanisme Eropa untuk melindungi anak-anak tidak bekerja. Ini benar-benar kegagalan sistem perlindungan anak di wilayah ini, katanya.
"Prosedur harus lebih cepat dan anak-anak harus menjadi bagian dari proses itu sehingga mereka tidak jatuh menjadi mangsa penyelundup dan pedagang," kata dia.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...