Malala, Ini Alasan Kenapa Kami Mencoba Membunuhmu
BIRMINGHAM, SATUHARAPAN.COM Sebuah surat yang mengherankan dari pemimpin Taliban ditujukan kepada seorang gadis 16 tahun, Malala Yousafzai. Taliban menyebut Malala pejuang pendidikan ala barat. Pemimpin Taliban Pakistan meminta maaf terkait usaha pembunuhan yang dilakukan organisasi, dan menjelaskan alasan kenapa mereka ingin mencoba membunuh Malala.
Dengan bahasa Inggris terbata-bata, seperti dilaporkan dailymail.uk, teroris yang paling dicari Adnan Rasheed terkejut mendengar kabar upaya pembunuhan Malala pada Oktober tahun lalu. Malala, yang pada saat itu berusia 15 tahun, ditembak pada dahi sebelah kirinya oleh pria bertopeng saat perjalanan pulang ke rumah di dalam bis sekolah di lembah Swat Barat, wilayah Pakistan Utara.
Peristiwa penembakan tersebut menuai kecaman di seluruh dunia dan membuat Malala hijrah ke Inggris untuk perawatan. Ia telah pulih dengan baik sampai bisa memberikan pidato UN (United Nation) di New York tepat pada hari ulang tahunnya yang ke 16 minggu lalu, yang menyatakan ia mempunyai keberanian baru untuk berjuang membela hak setiap anak mendapatkan pendidikan.
Surat dari Rasheed yang telah dipenjara sejak tahun lalu setelah penangkapannya terkait alur kejadian pembunuhan mantan presiden Pakistan, berisi permintaan maaf. Ia menuliskan: Saat anda diserang, hal ini mengejutkan saya. Saya berharap itu tidak pernah terjadi dan saya bisa memperingatkan anda sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa Malala ditembak bukan karena pergi sekolah, tapi karena ia berbicara untuk menentang Taliban di Pakistan.
Taliban percaya Malala dengan sengaja menulis untuk menentang mereka dan meluncurkan fitnah terhadap upaya membangun sistem Islamisasi di Swat dan tulisan mu sangat provokatif, tulis Rasheed.
Anda mengatakan di pidato UN kemarin bahwa pena lebih tajam daripada pedang, maka mereka menyerang karena pedang anda dan bukan karena buku-buku atau sekolah.
Ia menambahkan bahwa ia tidak menyerang kepala sekolah karena perempuan bisa memperoleh pendidikan, tapi secara spesifik melawan pendidikan ala barat, yang mana diikuti oleh kata-kata kurikulum satan atau sekuler setelahnya.
Namun, nada bicaranya langsung berubah, sebagaimana Rasheed mencoba menampilkan ekspresi ganjil yang terkesan membela upaya pembunuhan. Berikut isi suratnya.
Demi Nama Allah Maha Pengasih dan Penyayang
Dari Adnan Rasheed untuk Malala Yousafzai
Semoga damai selalu beserta mu
Nona Malala Yosafzai
Saya menulis ini untuk anda dalam kapasitas diri saya sendiri dan bukanlah pendapat atau pemimpin Taliban Pakistan ataupun kelompok jihad.
Saya pertama kali mendengar tentang anda melalui BBC Urdu, saat saya berada di penjara Bannu, waktu itu saya ingin menulis surat untuk anda, untuk memperingatkan anda agar menghindari diri dari upaya anti Taliban yang saat ini anda lakukan. Tapi saya tidak tahu alamat anda dan saya berpikir ingin mendekati anda saja baik dengan nama asli atau palsu, berbagai pikiran berkecamuk di benak saya karena kita memiliki nama yang sama yaitu keluarga Yousafzai.
Sementara itu pemenjaraan terjadi dan saya berniat untuk sembunyi. Saat anda diserang hal ini mengejutkan saya dan saya berharap bisa memperingatkan anda sebelumnya.
Sekarang saya akan ke permasalahan utama yaitu PENDIDIKAN, ini mengagumkan anda Berseru bagi pendidikan, anda dan UNO berpura-pura ditembak karena pendidikan, meskipun hal ini bukanlah alasannya, sejujurnya, bukan pendidikan melainkan propaganda yang jadi permasalahnnya dan yang saat ini anda lakukan, anda menggunakan lidah untuk memerintah yang lain dan anda juga tahu pena lebih tajam dari pedang dan lidah juga lebih tajam, luka karena pedang bisa disembuhkan tapi luka karena lidah tidak bisa dan berperang dengan perkataan lebih menghancurkan daripada perang dengan senjata.
Rasheed juga membela penghancuran sekolah yang terjadi di Swat Valley oleh Taliban Pakistan, mengklaim bahwa mereka difitnah oleh tentara Pakistan, dan ketika sesuatu yang sakral berubah menjadi mematikan maka harus dihilangkan. Ini adalah kebijakan Taliban.
Editor : Yan Chrisna
Rusia Hadapi Masalah Ekonomi Yang Berat di Tengah Perang Ukr...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Inflasi yang membandel, biaya pinjaman yang selangit, risiko kebangkrutan, d...