Malala: Pena dan Buku Senjata Melawan Terorisme
BIRMINGHAM, SATUHARAPAN.COM - Pena dan buku adalah senjata yang ampuh untuk melawan terorisme. Demikian dikatakan Malala Yousafzai, remaja asal Pakistan yang ditembak kelompok Taliban karena memperjuangkan hak perempuan untuk pendidikan.
Remaja perempuan usia 16 tahun ini mengungkapkan hal tersebut ketika meresmikan perpustakaan masyarakat terbesar di Eropa (Library of Birmingham) senilai 188 juta pounsterling di kota Birmingham, di mana dia sekarang tinggal dan bersekolah.
Malala diterbangkan dari Pakistan ke Inggris untuk perawatan darurat pada bulan Oktober setelah ditembak di bagian kepala oleh seorang pria bersenjata dari kelompok Taliban di kawasan lembah Swat, di Pakistan. Beberapa temannya yang berada di dalam kendaraan yang mereka tumpangi meninggal oleh tembakan itu.
Acara tersebut dihadiri sekitar 1.000 orang, dan di depan mereka dia mengatakan, “satu buku, satu pena, satu anak dan seorang guru dapat mengubah dunia.”
"Kita harus berbicara untuk anak-anak Pakistan, India dan Afghanistan yang menderita akibat terorisme, kemiskinan, pekerja anak dan perdagangan anak," kata dia.
“Mari kita membantu mereka melalui suara, tindakan dan amal. Mari kita membantu mereka untuk membaca buku dan pergi ke sekolah,” kata dia menegaskan.
Akan Menerima hadiah Perdamaian
Sebelumnya, Malala tampil di markas besar PBB di New York dan berpidato di depan perwakilan Negara-negara anggota. Dia menyampaikan pentingnya pendidikan untuk semua.
Malala disebutkan akan menerima hadiah perdamaian anak-anak internasional pekan ini. Hal ini tampaknya terkait dengan keberanian dia melawan terorisme dan hak perempuan untuk pendidikan. Di PBB dia mengatakan bahwa terorisme gagal membuat dia takut dan patah, dan justru kemudian dia menjadi semakinn berani untuk berjuang demi anak-anak perempuan.
Sebagai "sesama Brummies” (warga Birmingham), dia mengatakan merasa terhormat diundang untuk membuka perpustakaan. “Birmingham sangat istimewa bagi saya, karena di sini saya menemukan diri saya masih hidup, tujuh hari setelah saya ditembak. Sekarang (kota ini) adalah rumah kedua saya, setelah Pakistan tercinta,” kata dia.
“Para dokter dan perawat di kota ini bekerja keras untuk membantu pemulihan saya. Para guru di kota ini mengupayakan merehabilitasi karir pendidikan saya, dan orang-orang besar di kota ini memberiku dukungan moral yang besar,” kata dia menambahkan.
Dia menjelaskan bahwa dia menantang dirinya untuk membaca ribuan buku. "Pena dan buku adalah senjata yang mengalahkan terorisme. Aku benar-benar percaya satu-satunya cara kita dapat menciptakan perdamaian global adalah melalui mendidik, tidak hanya pikiran kita, tetapi hati dan jiwa kita,” kata dia.
Dia menggunakan pidato tujuh menitnya itu untuk menyerukan perdamaian dan pembangunan di Nigeria, Suriah dan Somalia.
Satu Juta Buku
Perpustakaan yang diresmikan terletak di Centenary Square dan dekat dengan perpustakaan pusat kota yang dibuka pada tahun 1974. Lebih dari tiga juta orang diperkirakan akan menggunakannya dalam tahun pertama.
Dengan bangunan seluas 1.000 meter persegi dan bertingkat 10, perpustakaan itu menyimpan arsip perumahan masyarakat Birmingham di antara lebih dari satu juta buku. Perpustakaan itu juga menyimpan 128 volume buku yang dicetak sebelum tahun 1501, dan dilengkapi sebuah amphitheater outdoor dan koneksi ke teater Birmingham Repertory.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...