Malala Yousafzai Ingin Jadi PM Pakistan
Aktivis Pakistan, Malala Yousafzai, mengatakan kepada BBC menjelang penerimaan hadiah Nobel Perdamaian, bahwa ia ingin mengejar karir di bidang politik, Rabu, (10/12).
OSLO, SATUHARAPAN.COM - Malala Yousafzai mengatakan bahwa dia bercita-cita menjadi perdana menteri Pakistan setelah menyelesaikan studinya di Inggris.
Pada Selasa (9/12) Yousafzai dan aktivis hak-hak anak India, Kailash Satyarthi tiba di Oslo Norwegia untuk menerima penghargaan Nobel Perdamaian. Mereka berdua secara bersama-sama terpilih sebagai pemenang Nobel.
“Sebuah kehormatan besar dapat memenangkan hadiah bersama Kailash Satyarthi,” katanya seperti dikutip BBC, Rabu, (10/12).
Remaja yang pernah ditembak oleh Taliban pada Oktober 2012 karena melakukan kampanye menuntut hak pendidikan untuk anak perempuan ini, merupakan peraih Nobel termuda.
“Saya ingin berbakti pada negara saya, dan impian saya adalah negara saya menjadi maju dan saya ingin tiap anak mendapat pendidikan," katanya di Oslo sebelum acara penyerahan hadiah Nobel.
Ia mengatakan bahwa dia terinspirasi oleh Benazir Bhutto - perempuan yang dua kali menjadi perdana menteri Pakistan sebelum akhirnya dibunuh pada 2007.
"Jika yang terbaik adalah saya mengabdi pada negara melalui politik dan menjadi perdana menteri, maka saya pastinya akan memilih itu," kata Yousafzai.
"Saya sejak awal memiliki keinginan supayaanak-anak dapat bersekolah dan saya memulai kampanye ini," tambahnya.
"Penghargaan perdamaian ini sangat penting bagi saya dan memberi saya lebih banyak harapan, keberanian, dan saya merasa lebih kuat dari sebelumnya karena melihat banyak orang bersama saya," lanjutnya.
Malala Yousafzai juga mengatakan, kini ada lebih banyak tanggung jawab pada dirinya. Ia merasa bertanggung jawab kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri bahwa ia harus membantu komunitasnya, dan itulah tugasnya ke depan.
Saat konferensi pers bersama dengan Kailash Satyarthi pada hari Selasa, (10/12) remaja 17 tahun ini mengulangi pesannya bahwa perempuan memiliki hak memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki.
Malala Yousafzai juga mengatakan bahwa ia kecewa Perdana Menteri India dan Pakistan tidak menghadiri upacara penghargaan.
Komite Nobel mengatakan sebelumnya, itu merupakan hal penting seorang Muslim dan Hindu, seorang warga Pakistan dan India, telah bergabung dalam perjuangan bersama untuk pendidikan dan melawan ekstremisme.
Malala Yousafzai dan Kailash Satyarthi mendapat hadiah uang sebesar US$ 1,4 juta (lebih dari Rp 17 miliar) atas pekerjaan mereka selama ini dalam melindungi anak-anak dari perbudakan, ekstremisme dan pekerja anak. (bbc.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...