“Malam Kudus” Tercipta karena Organ Rusak
SATUHARAPAN.COM - The Silent Night Chapel (Stille Nacht Kapelle) yang berlokasi di Kota Oberndorf, Salzburg, Austria, menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi wisatawan dari seluruh penjuru dunia menjelang dan saat Natal.
Ribuan pengunjung memenuhi areal sekitar Memorial Chapel dan museum di sampingnya. Di tempat itu, pada tanggal 24 Desember setiap tahun, pada petang hari, dengan hanya diterangi lampu hias, dilangsungkan renungan khusyuk. Lagu Malam Kudus dilantunkan dengan irigan gitar, dalam berbagai bahasa, yang memberikan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan, menyatu dalam dunia tanpa batas. Sejak tahun 2002, perayaan itu ditayangkan melalui webcam lokal di Internet.
Tempat itu menjadi monumen yang mengingatkan penciptaan kidung Natal Malam Kudus oleh Joseph Mohr dan komposer Franz Xaver Gruber. Di tempat itu, pada tanggal 24 Desember 1818, Malam Kudus pertama kali dinyanyikan.
Sejak itu, lagu Malam Kudus, yang mengutip dari Wikipedia sudah diterjemahkan ke dalam 140 bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dilantunkan. Yayasan Musik Gereja di Indonesia (Yamuger) memasukkan lagu itu dalam Kidung Jemaat, buku himne yang dipakai dalam kebaktian gereja, nomer 92.
Proses penciptaan lagu itu, seperti diceritakan Dr Alfred Simanjuntak (meninggal dunia 25 Juni 2014, Red) dalam buku Kisah Kidung, yang diterbitkan Yamuger, tidak lepas dari sosok Joseph Mohr. Penulis syair lagu ini, kelahiran Salzburg, Austria, pada 1792, sejak usia muda sudah menyanyi di gereja katedral di kota kelahirannya itu. Pada 1815, ia diangkat menjadi imam di gereja Katolik dan melayani beberapa jemaat di wilayah itu.
Pastor Mohr dan Franz Xaver Gruber, guru menyanyi dan pemain organ di kota itu, sering membicarakan belum ada nyanyian yang baik untuk menyemarakkan perayaan Natal. Menjelang suatu perayaan Natal, keduanya bahkan mendapati kenyataan organ di gereja rusak, tidak dapat digunakan.
Pastor Mohr memutuskan akan mengusahakan satu lagu baru yang tidak perlu iringan organ untuk melantunkannya. Dengan demikian dia berharap jemaat tidak akan kecewa merayakan Natal tanpa iringan organ.
Pastor Mohr membawa syair ciptaannya ke Franz Gruber. Begitu melihat syair itu, Gruber berseru senang, “Ini dia. Ini nyanyian yang pas untuk Natal. Puji Tuhan!”
Gruber pun menulis melodinya yang cocok sekali dengan jiwa syairnya. Mereka menyanyikan lagu baru itu dengan iringan petikan gitar Gruber. Sederhana namun syahdu, mampu menyentuh hati dan jiwa jemaat yang mendengarnya seksama.
Pastor Mohr dan Franz Gruber senang dapat membuat hati anggota jemaat mereka bahagia. Tidak terpikir bagi mereka lagu itu akan meluas, bukan hanya ke seluruh negeri, namun ke seluruh dunia.
Perjalanan lagu itu mendunia berkat andil Karl Maurachen, yang datang memperbaiki organ gereja yang rusak. Ia minta satu lembar salinan dari lagu itu, dan dalam waktu tidak lama lagu itu sudah tersebar di seluruh wilayah Tirol, negara bagian di Austria. Sesudah itu, sekelompok paduan suara anak memperkenalkannya di seluruh Austria dan Jerman.
Malam Kudus, Silent Night dalam bahasa Inggris, atau juga Stille Nacht, Heilige Nacht dalam bahasa Jerman, dinyatakan sebagai warisan budaya takbenda oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan pada tahun 2011. Lagu ini telah direkam oleh sejumlah besar penyanyi dari setiap genre musik. Mengutip dari Wikipedia, versi yang dinyanyikan oleh Bing Crosby (meninggal 14 Oktober 1977, Red) adalah rekaman tunggal (single) terlaris ketiga sepanjang masa.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...