Malas Tapi Sukses?

SATUHARAPAN.COM – Saat  menemani putri saya konser balet di Gedung Kesenian Jakarta Juli  lalu,  mata saya terpana melihat sebuah buku mungil yang terpajang di rak dekat pintu masuk.  Judulnya nyentrik: Malas Tapi Sukses.

Sambil tersenyum saya mengkritisi judul buku tersebut dalam hati.  Tema seperti itu bertolak belakang dengan prinsip saya.  Bagi saya kerja adalah anugerah Tuhan dan untuk menjadi kaya dan sukses, setiap orang harus kerja keras dan cerdas.  Kalaupun ada kesuksesan tanpa kerja keras, menurut saya hanya ada dua kemungkinan. Pertama, memenangkan lotre atau sejenisnya; yang probabilitas menangnya secara statistik kecil sekali.  Yang kedua, merampas hak milik orang lain atau korupsi.

Walau tidak tertarik  memiliki buku tersebut, judulnya yang kontroversi itu terus membuat saya merenung.  Saya teringat sebuah pernyataan yang konon disampaikan oleh konglomerat pemilik Microsoft.  Bill Gates menyatakan bahwa jika ada masalah pelik yang sedang dihadapi perusahaan,  dia akan selalu mendelegasikan pencarian solusinya kepada karyawan yang dianggap paling malas.  Alasannya sungguh sederhana.  Menurut dia, orang  malas biasanya sangat pragmatis. Mereka selalu mencari cara yang paling sederhana untuk memecahkan suatu masalah.

Kalau menurut judul buku tersebut malas bisa membawa sukses, bukankah logis kalau kita mengklaim bahwa bekerja keras, cerdas, dan kreatif akan jauh lebih sukses?  Kreatifitas tidak dibatasi oleh faktor intelegensi (IQ).  Kreatifitas lebih dipicu oleh faktor emosional (EQ), kemauan untuk menantang cara-cara lama (status quo) dan mencari alternatif solusi sebanyak dan sesederhana mungkin.

Akhirnya, saya putuskan untuk membeli buku tersebut! Setelah membacanya, Sang Penulis, Fred Gratzon, menyatakan bahwa orang malas terdorong lebih kreatif. Dan kreatifitas sesungguhnya bukanlah tanda kemalasan.

editor: ymindrasmoro

email: inspirasi@satuharapan.com