Malaysia: Pendeta Copot Salib Karena Ancaman
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM – Pendeta dari Gereja Community of Praise di Taman Medan, Petaling Jaya, Malaysia, pada hari Minggu (19/4) lalu terpaksa mencopot salib pada bangunan rumah ibada mereka karena intimidasi oleh sekelompok warga di sana.
Seperti diberitakan situs berita Free Malaysia Today bahwa pendeta menghadapi ancama sekelompok pengunjuk rasa sekitar 50 orang. Mereka diganggu dalam ibadah hari Minggu sekitar pukul 10:00 pagi. Para pengunjuk rasa mengutuk dan mengecam dengan perintah yang kasar bahwa salib yang dipasang itu melawan keyakinan iman Islam mereka.
Sementara itu, menurut The Malaysia Mail Online, pendeta yang tak disebutkan namanya itu juga melaporkan pada polisi kasus tersebut dan meminta perlindungan. Menurut situs Malaysiakini, pendeta menyatakan dia dan jemaatnya ketakutan karena reaksi marah pemrotes.
"Saya ingin meminta kehadiran polisi berada di sekitar sini ... karena takut insiden yang tak diinginkan terhadap saya dan anggota saya," kata pendeta itu dikutip oleh portal berita tersebut. Polisi setempat tengah menyelidiki kasus tersebut.
Salib pada rumah ibadah itu sebelum dicopot. (Foto dari Facebook.)
Protes tersebut disebutkan terkait dengan ketua cabang UMNO, Datuk Abdullah Abu Bakar, yang juga saudara dari Inspektur Jenderal Polisi (IGP) Tan Sri Khalid Abu Bakar. Bahkan pihak Dewan Kota Petaling Jaya (MBPJ) kemudian menyatakan gereja itu ilegal karena belum mengajukan izin sebagai rumah ibadah. Dan hal ini merupakan masalah lama pada pemerintahan Selangor. Namun apa masalah sebenarnya masih belum jelas.
Masalah ini juga telah melebar kepada perbedaan interpretasi diberlakukannya undang-undang yang baru di Malaysia. Bahkan terjadi perbedaan pendapat antara Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar dengan Menteri Dalam Negeri Ahmad Zahid Hamidi, tentang insiden itu.
Zahid menyatakan insiden itu pelanggaran dan berjanji akan mengambil tindakan, dan dia sependapat dengan Perdana Menteri Najib Abdul Razak, seperti diberitakan Free Malaysia Today.
Namun Khalid yang masih saudara dengan penggerak protes menolak peristiwa itu sebagai pelanggaran. Dia mengklaim bahwa itu bukan tentang agama dan bahwa tidak ada kekerasan dalam insiden itu. Dia membuat pernyataan itu setelah dilaporkan berbicara dengan Abdullah, kakaknya yang juga berada di tempat kejadian.
Perbedaan pandangan itu mencerminkan masih terjadinya perbedaan pandangan tentang UU terkait keamanan dan anti teror yang baru diberlakukan di Malaysia.
Sementara itu, kantor berita AFP melaporkan protes itu ditujukan terhadap para pejabat yang mendirikan sebuah kelompok yang disebut "G25" (untuk anggota pendiri) tahun lalu yang dibentuk untuk melawan intoleransi. Mereka banyak mantan pegawai negeri berpangkat tinggi dan diplomat.
Kelompok sebagian besar anggotanya Muslim itu merilis sebuah pernyataan yang menyerukan bahwa protes pada hari Minggu itu sebagai "tindakan ceroboh tentang kebencian dan intoleransi" dan meminta pemerintah untuk mengambil "tindakan tegas terhadap para pemrotes" agar tidak "memberi semangat tumbuhnya ekstremis agama."
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...