Malaysia Tangkap Dua Orang Rohingya Terkait Perdagangan Manusia
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM-Malaysia telah menangkap dua orang Rohingya atas tuduhan perdagangan manusia, kata pihak berwenang hari Selasa (21/4), ketika mereka meningkatkan upaya untuk menghentikan anggota kelompok minoritas Muslim tersebut datang ke negara itu di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona.
Malaysia adalah tujuan favorit bagi kelompok Rohingya dari Myanmar yang sebagian besar beragama Buddha. Mereka telah lama mengeluhkan tentang penganiayaan. Mereka memilih Malaysia, karena negara ini adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim, dan telah memiliki diaspora Rohingya yang cukup besar.
Tetapi pihak berwenang Malaysia telah memperkuat patroli maritim dalam upaya untuk menghentikan kedatangan ilegal Rohingya dengan kapal, karena khawatir mereka bisa terinfeksi virus. Sebuah kapal telah ditolak oleh angkatan laut Malaysia pekan lalu.
Satu lagi kapal Rohingya berhasil mendarat di Pulau Langkawi pada awal April. Para pejabat mengatakan dua orang ditahan pekan lalu, dan diyakini terlibat dalam kasus tersebut.
Dalam insiden lain pada awal bulan ini, 60 Rohingya meninggal di atas kapal yang penuh sesak yang terdampar di Teluk Benggala, setelah terapung-apung selama dua bulan, yang menurut para korban telah ditolak mendarat di Thailand dan Malaysia.
Penangkapan terakhir adalah dua orang bersaudara berusia 31 dan 34, kata para pejabat. "Pihak berwenang menyita buku catatan yang merinci informasi tentang uang yang dikumpulkan dari bisnis penyelundupan manusia, dan mereka terkait dengan kedatangan 202 Muslim Rohingya di Langkawi pada 5 April," kata Zulinda Ramly, wakil direktur Badan Penegakan Maritim Malaysia.
Setiap migran membayar 15.000 ringgit (setara dengan US$ 3.400) untuk dibawa ke Malaysia, katanya.
Penjaga pantai sedang memburu anggota sindikat lain, orang Malaysia dan orang asing, dengan tuduhan membantu migran masuk secara ilegal ke negara itu.
Sikap Malaysia yang lebih keras dalam upaya menghentikan kedatangan penumpang kapal Rohingya telah mengkhawatirkan kelompok-kelompok hak asasi mansia, yang khawatir beberapa kapal lain mungkin berada di laut antara Bangladesh dan negara-negara Asia Tenggara.
Rohingya sering memulai perjalanan mereka di Bangladesh, di mana banyak dari warga minoritas ini tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak, setelah melarikan diri dari penumpasan militer di Myanmar.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...