Mantan ISIS, Melarikan Diri dengan Menipu Pimpinan
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Seorang mantan anggota Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS) asal Rusia telah menceritakan pengalaman sewaktu di Suriah secara rinci tentang kebiadaban yang dia saksikan. Hal itu yang mendorongnya untuk menipu salah satu pemimpin tingkat tinggi ISIS mau memberinya uang dan membiarkan dia meninggalkan Suriah.
Mantan anggota ISIS itu menyampaikan kepada media Rusia, Russia Today, dan dia hanya disebut dengan nama samaran Zurab. Dia baru-baru ini diwawancarai oleh RT, Maria Finoshina.
Zurab menceritakan bahwa dia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya di barat daya Rusia dan melakukan perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS yang juga disebut sebagai ISIL dan Daesh dalam bahasa Arab.
Dia mengatakan bahwa setelah menonton video perekrut ISIS, dia menjadi merasa bersalah dan bertanggung jawab mengetahui bahwa "darah Muslim ditumpahkan."
Dalam upaya masuk ke Suriah, Zurab melakukannya seperti yang dilakukan ribuan anggota ISIS asing lainnya, dia masuk melalui Turki.
"Kami membeli tiket ke Istanbul (Turki) dan bertemu dengan seorang pria dari Dagestan. Dia menempatkan kami di bus menuju perbatasan Suriah. Pada malam hari, kami menyeberang," kata Zurab. "Mereka bertemu kami dan membawa kami ke 'rumah Syariah' di mana kami menunggu untuk diangkut ke kamp pelatihan. Letaknya di desa Atme."
Munculnya Keprihatinan
Sekitar dua bulan setelah bergabung dengan kelompok teror, Zurab dikirim ke garis depan. Zurab menyaksikan apa yang dijalankan oleh ISIS dalam menegakkan aturan. Dan dia mengatakan keprihatinannya mulai meningkat.
"Setelah satu bulan, kami memahami realitas apa yang terjadi. Itu lebih buruk daripada tirani dari pasukan pemerintah," katanya. "Mereka sangat brutal, membunuh perempuan dan orang tua yang tidak mematuhinya. Mereka disiksa dan mayat mereka dimutilasi (dipotong-potong).
Satu hal yang telah terbukti tentang aturan ISIS di Suriah dan Irak selama dua tahun terakhir adalah bahwa jihadis tidak hanya membunuh anggota kelompok minoritas agama, mereka juga memberi contoh mengerikan dari mereka dan juga Muslim lainnya yang melanggar hukum Islam yang ketat atau merongrong otoritas organisasi.
"Mereka memotong-motong mayat, mengikat mereka di bagian belakang mobil dan menyeret mereka bersama," kata Zurab. Dia menambahkan bahwa orang Kristen tidak mempunyai kesempatan di bawah kekuasaan ISIS.
"Mereka bahkan tidak mau berbicara dengan orang-orang Kristen. Orang Kristen akan langsung dibunuh di tempat," tegasnya. "Mereka akan menemukan mereka dan mengeksekusi mereka di depan umum. Saya menyaksikan banyak eksekusi."
Melarikan Diri
Setelah melihat kekejaman dan menyaksikan banyak eksekusi, Zurab dan anggota ISIS lainnya ingin melarikan diri. Tapi dengan ISIS banyak mengeksekusi anggotanya sendiri untuk mencoba melarikan diri dari kekhalifahan, Zurab mencari cara termudah untuk melarikan diri. Dia berusaha mendapatkan kepercayaan dari pemimpin ISIS.
Setelah berbulan-bulan membangun kepercayaan dan hubungan dengan kelompok militan, Zurab ditugaskan untuk menjadi pengawal untuk pemimpin kunci ISIS, Abu Omar Al-Shishani. Al-Shishani diyakini sebagai komandan ISIS dari Chechnya, Rusia.
"Saya lolos dengan mengatakan saya harus menegngok ibuku. Saya berbohong padanya sepanjang waktu dengan mengatakan bahwa saya ada di Turki, sehingga dia tenang. Saya mengambil uang dari mereka. Saya mengatakan saya bisa membawa sejumlagh barang ketika kembali," kata Zurab. "Omar memberi saya uang juga dan meminta saya untuk mendapatkan beberapa barang."
Meskipun Pentagon mengkonfirmasi kematian Al-Shishani pada bulan Maret, ISIS membantah klaim kematian pemimpin itu pada bulan Mei.
Zurab pulang ke Ingushetia dan tidak kembali ke Suriah. "Mereka berpikir saya menjadi pemberontak," kata Zurab.
Zurab kemudian menjadi pimpinan sebuah kelompok bersenjata, namun ditangkap karena kejahatan bersama organisasi itu. Dia dihuku percobaan lima tahun, menurut laporan RT.
Menurut RT, pejabat intelijen Rusia memperkirakan sekitar 7.000 orang Rusia, sebagian besar dari wilayah selatan yang mayoritas warganya Muslim, bergabung dengan ISIS di beberapa wilayah di Suriah dan Irak.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...