Mantan Mendikbud Daftarkan Cerita Panji ke UNESCO
KEDIRI, SATUHARAPAN.COM - Penasihat Perpusnas yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Wardiman Djojonegoro, berencana mendaftarkan Cerita Panji ke UNESCO, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, karena itu ia meminta dukungan Pemerintah Kota Kediri untuk mengangkat kembali cerita warisan itu.
"Saya ingin ajak pemerintah daerah di Jatim ini bersama-sama untuk membangkitkan kembali budaya yang merupakan warisan orangtua kita, budaya, dan seni nenek moyang, yaitu Cerita Panji," katanya saat berkunjung ke Gua Selomangleng Kediri, Jawa Timur, Minggu (28/8).
Ia mengaku mempunyai tugas besar untuk kembali mengangkat cerita Panji, termasuk berupaya mendaftarkan Cerita Panji yang merupakan cerita karya masyarakat Jawa Timur itu menjadi warisan UNESCO sebagai "Memory of the World" atau MOW.
Sebelumnya, beberapa cerita warisan juga telah diakui UNESCO, misalnya Babad Diponegoro, yang juga ditetapkan sebagai salah satu warisan ingatan dunia atau memory of the world oleh UNESCO pada 2013, setelah didaftarkan oleh Perpustakaan Nasional dan Lembaga Bahasa Kerajaan Belanda.
Selain itu, arsip Konferensi Asia Afrika tahun 1955 juga telah resmi sebagai Warisan Ingatan Dunia atau Memory of The World pada 2015. Arsip-arsip KAA tersebut tersimpan dengan baik di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Ia menceritakan, dua tahun lalu sempat diminta bantuan untuk berupaya memasukkan naskah Panji yang sudah tua tersebut menjadi warisan dunia.
Berbekal dari beberapa naskah, misalnya Babad Diponegoro serta arsip Konferensi Asia Afrika yang sudah berhasil menjadi warisan dunia, maka Cerita Panji juga dimasukkan.
Ia pun mengaku sangat kaget sekaligus bangga dengan warisan budaya tersebut. Ia kaget, karena Cerita Panji bukan hanya melibatkan Kediri, melainkan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri, misalnya Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
"Saya kaget karangannya orang Jatim digemari, lalu Panji itu membangkitkan inspirasi bagi seni yang lain. Panji itu pertama naskah, lalu tarian, pentas, wayang, lalu ada topeng. Itu, awalnya dari Panji, local wisdom. Dulu belum ada kertas, makanya dipahat di relief," ujarnya.
Ia mengapresiasi seni kebangkitan cerita Panji, yang salah satunya dilakukan Pemkot Kediri dengan mengadakan festival pergelaran seni Panji. Hal itu adalah modal dasar untuk membangkitkan kesenian terutama di Jatim.
Pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dengan harapan nantinya akan membuat beragam program untuk membangkitkan seni tentang cerita Panji ini.
Sementara itu, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengakui pemerintah kota juga berupaya untuk terus menggali tentang cerita Panji. Dalam setahun, pemerintah mengadakan beragam kegiatan, terkait dengan kesenian tersebut.
Pihaknya mengaku, hingga kini masih berupaya untuk terus menggali cerita Panji di Kediri, dan ke depannya diharapkan bisa menjadi buku, sehingga bisa menjadi warisan seni budaya.
"Di Kediri itu setahun empat kali (mengadakan festival terkait cerita Panji), dan terus berproses menggali informasi, mengumpulkan data. Kami juga sudah menugaskan tim dari disbudparpora untuk menulis, sebab kami juga inginkan cerita ini menjadi warisan, menjadi buku," kata Abdullah.
Pihaknya juga berharap dukungan dari berbagai pihak termasuk perpusnas terkait dengan penulisan sejarah cerita Panji di Kediri ini. Berbagai masukan pun sangat diharapkan. (Ant)
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...