Srawung Sedulur Soditan Digelar
REMBANG, SATUHARAPAN.COM - Desa Soditan menjadi salah satu representasi kampung akulturasi di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Berbagai macam etnis mulai dari masyarakat pribumi Jawa, Tionghoa, dan Arab, dengan membawa latar belakang budayanya masing-masing.
Melihat potensi yang dimilikinya, dari tanggal 8 hingga 10 September 2016 warga Desa Soditan Lasem akan menggelar “Srawung Sedulur Soditan”. Kegiatan yang dikelola secara swadaya dan mandiri dari dan oleh masyarakat Soditan Lasem mencoba mentradisikan kembali nilai-nilai bersosial, kebersamaan dan gotong royong antar masyarakat Desa Soditan. Melalui nilai-nilai yang tumbuh dalam interaksi yang intens antar warganya itulah komunikasi sesrawungan dibangun.
Selama tiga hari masyarakat Soditan Lasem akan merayakan keberagaman dalam sebuah acara multi-event dan multi-arah. Pada hari pertama Kamis (8/9) bertempat di Rumah Kapitan (rumah kuno berarsitektur Tiongkok) digelar Pameran Foto Arkeologi Soditan, Jelajah Situs Soditan, serta pagelaran wayang kulit gagrak Pesisiran Lasem. Pada Jelajah Situs Soditan peserta diajak menjelajah kawasan Desa Soditan yang memiliki banyak situs kuno diantaranya Rumah Kapiten (rumah kuno berarsitektur Tiongkok), Omah Candu Lawang Ombo – Klentheng Cu An Kiong, Bekas Vihara, Bekas Kadipaten (Rumah Sawo Kecik.
Hari kedua Jumat (9/9) dengan mengangkat ciri khas kehidupan pesantren digelar acara Sedino Nyantri di beberapa pondok pesantren di Soditan. Di Lasem terdapat 19 pondok pesantren dengan santri yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Pada malam harinya seleepas sholat isya’, warga dan seluruh peserta mengikuti kegitan “Burdahan”, semacam bentuk kesenian khas dari masyarakat pesantren yang menyanyikan puji-pujian, syiir-syiir juga shalawatan. Kegiatan dilakukan secara massal dan ditutup dengan tradisi Liwetan atau makan bersama ala santri. Di Soditan terdapat banyak pondok pesantren diantaranya al-Hidayah (putra-putri), at-Taslim, al-Islah, an-Nur, al-Hamidiyah, asy-Syakiriyah, al-Mashudi.
Sebagai puncak acara Srawung Sedulur Soditan, pada Sabtu (10/9) seluruh potensi seni-budaya masyarakat Desa Soditan akan diangkat mulai dari acara mBatik Lasem di Rumah Kapitan dengan membatik bersama hingga Sedekah Seni Soditan sebagai donasi seni-budaya oleh seniman-seniman lokal atau tamu di bekas Vihara.
Kepada satuharapan.com Senin (29/8) ketua panitia Srawung Sedulur (S3) Kukuh Setiawan menjelaskan bahwa target Srawung Sedulur adalah memperkenalkan realitas dinamika sosial, toleransi, keberagaman dan keberagamaan antara Islam, pribumi, dan pecinan (Tionghoa) di wilayah Desa Soditan dan secara umum Kecamatan Lasem yang telah lama terjalin dalam suasana rukun dan guyub. Tiga unsur ini punya andil yang sama serta mewarnai Lasem secara keseluruhan dengan saling mengisi dan saling menyeimbangkan. Dalam hal ini Srawung Sedulur adalah upaya menanam persaudaraan (nandur srawung sedulur) sekaligus mengangkat potensi serta kearifan lokal (indigenous local) yang tumbuh di masyarakat Soditan dan sekitarnya.
"Harapannya ini (bisa) menjadi langkah awah peta jalan (roadmap) pengembangan kawasan Lasem dengan kelompok-kelompok lain secara bersama. Kami memulainya dari lingkup yang lebih sempit dulu Desa Soditan. Masyarakat bergerak atas kesadarannya. Dengan sejarah panjangnya dan elemen masyarakatnya, Lasem adalah dialektika yang masih terus berjalan sampai saat ini," kata Kukuh.
Editor : Eben E. Siadari
Cara Merawat Kulit Bayi Menurut Dokter
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis kulit dari Rumah Sakit Polri Said Soekanto Jakarta memba...