Mantan Menlu AS: Gencatan Senjata di Gaza Tidak Mungkin, Itu Hadiah untuk Hamas
HUSTON, SATUHARAPAN.COM-Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza “tidak mungkin dilakukan,” dan menambahkan bahwa hal itu akan menjadi “hadiah” bagi Hamas dan memungkinkan mereka membangun kembali persenjataan mereka selama periode gencatan senjata.
Clinton melontarkan komentar tersebut dalam diskusi panel di Baker Institute Gala di Rice University pada hari Jumat (27/10). “Orang-orang yang menyerukan gencatan senjata sekarang tidak memahami Hamas. Itu tidak mungkin,” kata Clinton.
“Ini akan menjadi hadiah bagi Hamas karena mereka akan menghabiskan waktu gencatan senjata untuk membangun kembali persenjataan mereka, menciptakan posisi yang lebih kuat untuk mampu menangkis serangan Israel.”
Clinton melontarkan komentar tersebut pada hari yang sama saat Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) memberikan suara 122 berbanding 14 yang mendukung gencatan senjata kemanusiaan yang tidak mengikat di Gaza. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memberikan suara menentang resolusi tersebut.
Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas setelah kelompok Palestina membunuh 1.400 warga Israel dan menyandera lebih dari 220 orang dalam serangan 7 Oktober. Sejak itu, lebih dari 8.000 orang, sebagian besar adalah anak-anak, telah terbunuh di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan.
Pasukan Israel bergerak lebih jauh ke Gaza utara dan tengah pada Senin pagi, menurut beberapa laporan media, ketika PBB dan staf medis memperingatkan bahwa serangan udara terjadi lebih dekat ke rumah sakit tempat puluhan ribu warga Palestina mencari perlindungan bersama ribuan orang yang terluka. Namun, Hamas membantah klaim tersebut dan mengatakan kelompok tersebut memaksa tentara mundur.
Mengizinkan Bantuan Masuk ke Gaza Bukanlah Jawaban Ya atau Tidak
Clinton juga mengatakan bahwa mengizinkan bantuan ke Gaza, termasuk bahan bakar, adalah sebuah “dilema” yang sulit untuk dijawab “ya atau tidak”, dan ia menambahkan bahwa ada beberapa aspek dalam keseluruhan situasi.
“Terorisme yang dilakukan Hamas terhadap rakyat Israel harus dibalas, dan mereka harus menanggung akibatnya dan kehilangan posisi kepemimpinan mereka di Gaza,” kata Clinton, menanggapi pertanyaan mengenai diperbolehkannya lebih banyak bantuan, termasuk bahan bakar untuk memasuki Jalur Gaza.
“Israel mempunyai hak untuk membela diri, dan berdasarkan hukum perang, mereka berhak membalas melalui tindakan militer.”
Clinton mengatakan bahwa Israel memiliki “kekhawatiran yang sah” mengenai bahan bakar yang sampai ke Hamas, dan menambahkan bahwa penting untuk mengalihkan bahan bakar ke tempat yang diperlukan agar generator dan rumah sakit tetap berfungsi.
Tiga puluh tiga truk bantuan memasuki Gaza pada hari Minggu (29/10), konvoi terbesar ke wilayah Palestina yang dilanda perang sejak Israel mulai membatasi pengiriman bantuan, kata PBB, menurut laporan dari AFP.
Sebelum pengepungan Israel, sekitar 500 truk yang membawa bantuan dan barang-barang lainnya memasuki Gaza setiap hari, kantor berita tersebut melaporkan. (AFP/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...