Mantan Pemimpin Afsel Serukan Boikot Produk Israel
PRETORIA, SATUHARAPAN.COM – Mantan Presiden Afrika Selatan (Afsel), Thabo Mbeki di sebuah universitas di Pretoria menyerukan kepada segenap warga Afrika Selatan, pada Selasa (12/8) agar memboikot produk Israel guna menyatakan dukungan terhadap para korban kekejaman agresi Israel yang telah berlangsung hampir sebulan belakangan.
Mbeki menyatakan kegeramannya karena agresi atau serangan Israel memakan banyak korban jiwa. Hal ini diperkuat laporan Kolumnis BBC Afrika Selatan Farouk Chothia pada Senin (11/8) mengatakan mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela merupakan pendukung keberadaan dan kehadiran Palestina saat ia hadir di berbagai kesempatan di sidang majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Mereka menyerukan bahwa sesungguhnya ada kesamaan antara perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan dan kampanye Palestina untuk merdeka,
"Afrika Selatan percaya bahwa bangsa Palestina memiliki perjuangan untuk membangun tanah airnya,” kata Mbeki.
Walau ada aksi di Afrika Selatan yang menyatakan dukungan ke Palestina, tetapi ada sekelompok minoritas yang membela agresi Israel. Demonstrasi yang membela Israel terjadi saat seorang wakil kepala sekolah dari sebuah institusi pendidikan bernuansa Yahudi, bernama Joshua Broomberg dalam foto postingan facebook mengenakan syal berbendera Palestina.
Ratusan orang menandatangani petisi online menuntut agar Broomberg ditelanjangi penghargaan sekolahnya. Mbeki, dalam pidatonya kepada mahasiswa di Universitas Afrika Selatan mengatakan pemerintah saat ini merencanakan menarik duta besarnya untuk Tel Aviv, Israel.
“Afrika Selatan harus terlibat guna menemukan solusi konflik yang adil dengan Israel,” kata Mbeki.
Pada saat yang sama, partai-partai politik Afrika Selatan, serikat buruh dan kelompok-kelompok agama harus memobilisasi untuk memboikot barang-barang Israel dan "divestasi" dari perusahaan Israel, katanya.
"Ini bukan tanggung jawab pemerintah untuk memobilisasi orang. Kita harus memobilisasi diri kita sendiri,” kata Mbeki.
Konflik Israel-Palestina bukan konflik sektarian yang melibatkan agama. Sesungguhnya peperangan bermula dari kepentingan politik pasca-perang dunia I yang ditandai dengan terbitnya sebuah perjanjian rahasia bernama Perjanjian Sykes-Pickot yang ditandatangani negara pemenang perang dunia I yaitu Inggris, Prancis, dan Rusia pada 19 Mei 1916.
Perjanjian ini salah satu poin pentingnya yakni berisi pembagian wilayah bekas Turki Ottoman di Timur Tengah yang kalah perang dunia I, yang saat ini mencakup wilayah Suriah, Israel, Palestina dan sebagian Irak.
Proklamasi kemerdekaan Israel membuat konflik Arab-imigran Yahudi mencapai puncaknya. Perlawanan besar-besaran Bangsa Arab menghasilkan perang Arab-Israel 1948 yang dimenangkan Israel. Perang Israel dan Arab terus berlanjut hingga kini, penyebab agresi Israel yang terbaru adalah dipicu oleh penculikan sekelompok remaja Israel yang diduga dilakukan oleh gerilyawan Hamas di Tepi Barat. (bbc.co.uk/wikipedia.org).
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...