Mantan Presiden Filipina Mundur Sebagai Utusan Khusus untuk Tiongkok

WASINGTON, SATUHARAPAN.COM - Mantan pemimpin Filipina Fidel Ramos telah mengundurkan diri sebagai utusan khusus Tiongkok setelah Presiden Rodrigo Duterte mengkritik Amerika Serikat (AS) dan perang mematikannya terhadap kejahatan.

Duterte mengatakan pada Selasa malam (02/11) bahwa dia telah menerima surat pengunduran diri dari Ramos, seorang politikus veteran yang telah menjadi sekutu kepercayaan Duterte, namun baru-baru ini "kecewa besar" atas kebijakan presiden baru Filipina tersebut.

Menurut presiden itu, keduanya berselisih tentang hubungan dengan AS dan perang kejahatan domestik, yang telah merenggut lebih dari 4.000 jiwa dalam empat bulan.

"Saya tahu dia adalah pro-Barat. Dia adalah seorang militer yang menimba ilmu di sana (AS). Anda harus ingat bahwa Ramos menyelesaikannya (studi) di West Point. Dia benar-benar tidak ingin melawan AS," kata Duterte kepada wartawan.

Duterte menujuk Ramos, presiden pada 1992 hingga 1998, sebagai utusannya untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing, yang telah memburuk di bawah pemerintahan sebelumnya terkait sengketa klaim wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Ramos (88), melakukan perjalanan ke Hong Kong pada Agustus untuk bertemu dengan para pejabat senior Tiongkok.

Namun, Ramos tidak bergabung dengan Duterte di Beijing pada bulan lalu untuk kunjungan kenegaraan yang mengokohkan hubungan tersebut dan menjamin investasi dan pinjaman bernilai miliaran dolar dari Tiongkok.

Ramos mengatakan kepada televisi GMA7 pada pekan ini bahwa dia telah mengundurkan diri karena sudah melakukan tugasnya untuk memperbaiki hubungan dengan Tiongkok.

Ramos, mantan polisi dan jenderal militer, telah puluhan tahun menjadi kekuatan politik besar di Filipina, dan sebagai wakil kepala staf angkatan bersenjata, dia adalah sosok kunci dalam membuat militer melawan kekuasaan diktator dari Ferdinan Marcos selama revolusi "kekuatan rakyat" pada 1986. (AFP)