Mantan Presiden Maladewa Terluka Akibat Serangan Bom
MALE, SATUHARAPAN.COM-Mantan presiden Maladewa, Mohamed Nasheed, terluka akibat ledakan yang terjadi di luar rumahnya pada hari Kamis (6/5), menurut laporan media setempat.
Gambar dari saluran televisi negara, PSM, menunjukkan petugas keamanan mengamankan tempat kejadian di ibu kota Maladewa, Male. Seorang turis asing juga terluka, saluran itu melaporkan.
Seorang juru bicara Partai Demokratik Maladewa idak segera menanggapi permintaan komentar.
Maladewa dikenal dengan industri pariwisata mewah di kepulauan di tengah Samudera Hindia, namun negara itu juga memiliki reputasi gejolak politik yang tinggi, dan menarik kelompok teroris Islamis.
Mohamed Nasheed, mantan presiden negara pulau itu yang berusia 53 tahun, nyaris lolos dari apa yang dicurigai sebagai upaya pembunuhan di ibu kota, Male, pada hari Kamis malam.
Nasheed terluka oleh bom yang dipasang pada sepeda motor saat dia masuk ke mobilnya. Pernyataan pemerintah Maladewa mengatakan: "Nasheed lolos dari upaya pembunuhan. Dia terluka tetapi kondisinya stabil." Dia saat ini dirawat di Rumah Sakit ADK di Male.
Siapakah Mohamed Rasheed?
Dia seorang pejuang pro demokrasi. Nasheed saat ini menjabat sebagai ketua parlemen negara itu, posisi yang dia pegang sejak Mei 2019. Sebelum itu, ia menjadi presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara Muslim Sunni itu pada tahun 2008. Peran itu dia pegang hingga 2012, ketika dia dipaksa keluar dari jabatannya dalam satu kudeta.
Nasheed kemudian diadili dan dijatuhi hukuman 13 tahun penjara atas tuduhan terorisme, yang secara tegas dikecam oleh kelompok hak asasi manusia karena bermotif politik. Amnesty International menyebut Nasheed sebagai tahanan hati nurani.
Ketika Mohamed Nasheed diberikan cuti dari penjara untuk perawatan medis, dia melarikan diri dari negara itu dan pergi ke pengasingan di Inggris. Dia kembali ke Maladewa pada 2018 dan terpilih sebagai ketua Majelis Rakyat, posisi politik paling kuat kedua di negara itu, pada 2019.
Maladewa: Resort Mewah dan Islamis
Menteri Luar Negeri Maladewa, Abdullah Shahid, melalui Twitter mengecaminsiden tersebut: "Serangan pengecut seperti ini tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita. Pikiran dan doa saya bersama Presiden Rasheed dan orang lain yang terluka dalam serangan ini, serta keluarga mereka.”
Maladewa adalah negara kepulauan dengan 26 pulau yang sebagian besar dikenal sebagai tempat liburan mewah, tetapi juga memiliki reputasi gejolak politik serta menjadi surga bagi ekstremis Islamis.
Mantan Presiden Abdullah Yameen, misalnya, menghindari cedera ketika sebuah bom meledak di speedboatnya pada tahun 2015, dan pada tahun 2007, teroris Islamis menargetkan turis asing, melukai 12 orang dalam pemboman di ibu kota. (Reuters/AP/AFP/DW)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...