Eropa Desak Israel Hentikan Perluasan Permukiman
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris pada Kamis (6/5) mendesak Israel untuk menghentikan perluasan pembangunan permukiman di wilayah Tepi Barat.
Pernyataan bersama itu muncul ketika ketegangan meningkat di Yerusalem Timur menjelang pelaksanaan sidang, yang dapat membuat keluarga-keluarga Palestina diusir dari Sheikh Jarrah.
Sheikah Jarrah adalah kawasan tempat para pemukim Yahudi --yang didukung oleh pengadilan Israel-- mengambil alih beberapa rumah.
"Kami mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan keputusannya untuk melanjutkan pembangunan 540 unit permukiman di area Har Homa E di Tepi Barat yang diduduki, dan untuk menghentikan kebijakan perluasan permukiman di seluruh wilayah pendudukan Palestina," kata negara-negara Eropa itu.
"Jika diterapkan, keputusan untuk meneruskan pembangunan permukiman di Har Homa, yang terletak di antara Yerusalem Timur dan Betlehem, akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek Negara Palestina yang merdeka," demikian dinyatakan negara-negara Eropa tersebut.
Yerusalem, yang berisi situs-situs suci bagi Yudaisme, Islam, dan Kristen, berada di jantung konflik Israel-Palestina.
Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza dalam perang tahun 1967.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya pada masa depan. Sebagian besar negara di dunia menganggap permukiman yang dibangun Israel di sana sebagai tindakan ilegal.
Namun, Israel mengeklaim seluruh wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya, dengan mengutip kaitan alkitabiah dan sejarah ke kota itu sebagai acuannya.
Di Sheikh Jarrah, para pemukim dan warga Palestina --yang tinggal di jalanan yang penggusuran mungkin terjadi-- telah berhadapan dalam beberapa bentrokan pada malam hari selama Ramadhan.
Pada Kamis malam (6/5), daerah itu ditutup ketika anggota parlemen sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir mendirikan kantor di luar salah satu rumah pemukim.
"Saya datang ke sini karena anak-anak dan wanita diserang setiap malam," katanya.
Setelah pernyataan Ben-Gvir itu, bentrokan terjadi antara warga Palestina dan polisi Israel, yang menahan 15 orang.
Seorang reporter Reuters melihat sebuah mobil terbakar di dekat sebuah rumah yang diambil alih oleh para pemukim di jalan belakang dekat lokasi penggusuran. Polisi mengonfirmasi bahwa mobil itu milik seorang warga Israel.
Di antara kerumunan pemuda Palestina yang berkumpul di dekatnya, Mohammed Abu Sneineh, 17 tahun, mengatakan dia tidak tahu siapa yang membakar kendaraan itu, tetapi dia ingin para pemukim pergi.
"Mengapa mereka datang, tanah ini milik kami. Mengapa mereka ingin mengusir kami dari tempat ini?" ujarnya. (Reuters)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...