Mantan Presiden: Ukraina dan NATO Ancaman Sistemik bagi Rusia
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Rusia menganggap penolakan oleh Ukraina dan NATO untuk mengakui otoritas Moskow atas Krimea merupakan "ancaman sistemik" bagi Rusia, kata mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, hari Minggu (17/7).
Rusia mencaplok semenanjung Krimea di Laut Hitam dari Ukraina pada tahun 2014 setelah seorang presiden pro Moskow di Kiev digulingkan di tengah protes massal jalanan. Moskow kemudian juga mendukung separatis bersenjata pro Rusia di wilayah Donbas di Ukraina timur.
“Jika negara lain, baik itu Ukraina atau negara NATO, percaya bahwa Krimea bukan Rusia, maka ini adalah ancaman sistemik bagi kami,” kata Medvedev kepada veteran Perang Dunia Kedua, dikutip kantor berita Interfax.
“Ini adalah ancaman langsung dan eksplisit, terutama mengingat apa yang terjadi di Krimea. Krimea kembali ke Rusia,” kata Medvedev, yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
Komentarnya disiarkan sehari setelah seorang pejabat Ukraina menyatakan bahwa Krimea, yang sebagian besar dunia masih mengakui sebagai bagian dari Ukraina, dapat menjadi target rudal HIMARS buatan Amerika Serikat, yang baru-baru ini dikerahkan oleh Kiev saat memerangi pasukan Rusia.
Vadym Skibitskyi, seorang pejabat di intelijen militer Ukraina, ditanya pada hari Sabtu (16/7) dalam sebuah wawancara televisi apakah HIMARS dapat digunakan pada sasaran di Krimea.
Dia mengatakan Rusia telah melakukan serangan di wilayah Ukraina dari Krimea dan Laut Hitam dan ini juga merupakan target yang dibenarkan.
Krimea memiliki kepentingan strategis khusus bagi Rusia karena mencakup markas besar armada Laut Hitamnya di Sevastopol. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...