Manusia Gambaran Allah, Jangan Dihakimi Berdasarkan Agama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tokoh Gereja Ortodoks Indonesia Romo Daniel Byantoro mengatakan manusia diciptakan sesuai dengan rupa Allah, artinya manusia memiliki sifat dan sejajar dengan Ilahi. Oleh karena itu, menurut dia urusan manusia adalah dengan pencipta (Tuhan, Red) dan manusia tidak boleh saling menghakimi satu dengan lain.
"Manusia itu diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah, artinya kita punya sifat Ilahi dan sejajar tanpa mempedulilkan latar belakang agama," kata Romo Daniel dalam Seminar Nasional Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Agama dan Kepercayaan di Indonesia ‘Risalat Al-Huquq Umam As Sajjad as: Kitab Hak Asasi Manusia Pertama dalam Sejarah Agama’, di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara Lantai 2, Jalan Medan Merdeka Selatan No 17, Jakarta Pusat.
"Jadi, urusan manusia itu dengan Tuhan bukan dengan sesama manusia, dan tidak ada posisi manusia yang lebih tinggi sehingga dia bisa menghakimi orang lain," dia menambahkan," dia menambahkan.
Romo Daniel melanjutkan, keyakinan manusia kepada Tuhan adalah sesuatu yang tertanam dalam diri manusia, bukan pemberian negara atau kelompok manapun. Karena, kata dia, hal tersebut merupakan hak manusia.
Dia juga mengatakan, menurut pemahaman Gereja Ortodoks, manusia diciptakan berdasarkan cinta dan kasih sebagai landasan fundamental. Sehingga, kata Romo Daniel, ketika cinta dan kasih diabaikan maka di sanalah muncul kebencian dan agama keluar dari jalurnya.
"Agama akan digunakan untuk menyebar kebencian yang ujungnya hanya mencoreng muka agama itu sendiri," kata dia.
Oleh karena itu, Romo Daniel mengajak seluruh masyarakat mengembalikan visi agama sebagai cinta dan kasih yang saling menghargai dan merangkul. "Sebab, Kristus mengajarkan, barang siapa tidak melawan kamu dia adalah sahabat kamu, lalu ada juga ajaran berdoalah bagi musuhmu," ujar dia.
"Untuk musuh saja kita harus mendoakan, artinya Kristus tidak mengajarkan kebencian pada kita," Tokoh Gereja Ortodoks itu menambahkan.
Menurut dia, inilah nilai universial semua agama di dunia. Bila sesama manusia bisa saling kerja sama, kata Romo Daniel, maka setiap manusia bisa menjadi aktor untuk mewujudkan kehidupan beragama.
"Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan bahasa, kalau kita tidak bisa saling kerja sama, mau jadi apa bangsa ini?," dia mempertanyakan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Romo Daniel berpendapat adalah hal mudah. Salah satunya, kata dia, masyarakat Indonesia cukup menghidupkan kembali aktivitas silahturahmi ketika umat beragama lain tengah merayakan hari keagamaannya.
"Saya ingat sekali, dulu tetangga saya yang beragama Islam sering saling mengunjungi saya ketika sedang merayakan Natal, tapi sekarang itu sudah mulai hilang, kemana kebiasaan itu?," kata Romo Daniel menceritakan.
"Kegiatan seperti itu harus kita hidupkan kembali. Kalau itu terwujud, sebenarnya kita sudah tidak perlu lagi undang-undang yang mengatur kerukunan umat beragama," dia menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...