Maria dan Marta
SATUHARAPAN.COM – Pdt. Roesman Moeljodwiatmoko pernah berkhotbah: ”Saat Tuhan Yesus tiba di rumah Marta dan Maria, terdengarlah dua macam suara. Suara pertama asalnya dari Tuhan Yesus. Sedangkan suara kedua datangnya dari sendok, garpu, piring yang ditata di meja oleh Marta disertai suara pernapasan Marta yang sedikit ngos-ngosan. Marta sedang menyiapkan makan bagi Tuhan Yesus. Suara yang berasal dari Tuhan Yesus nadanya tenang, dengan kedalaman yang meyakinkan, karena pada waktu itu Tuhan Yesus sedang memberikan wejangan-Nya dan Maria mendengarkan-Nya dengan penuh khidmat. Suara itu sungguh lemah lembut, penuh kesabaran, dan kasih sayang.”
Ya, suara kedua terkesan bising dan serampangan, yang kemudian meledak, ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
Awalnya serba menyenangkan. Maria dan Marta menerima Yesus di rumah mereka. Mereka kedatangan tamu terkenal. Konflik muncul ketika Marta tak senang menyaksikan Maria begitu asyik mendengarkan Sang Guru. Begitu asyiknya, hingga mengabaikan Marta yang sibuk di dapur. Konflik muncul karena keduanya mengambil pilihan berbeda.
Sejatinya, dasar kedua pilihan itu sama. Marta ingin menyenangkan hati Sang Guru dengan jamuan terbaik dan Maria merasa perlu menyimak perkataan Sang Guru juga demi menghormati-Nya. Kalau keduanya sibuk di dapur, siapa pula yang menemani Yesus?
Kedua sikap itu tak perlu dipertentangkan karena sama baiknya. Persoalannya: Marta begitu ingin memuaskan hati Yesus hingga lupa tujuan kunjungan Yesus—bersekutu dengannya. Dan itulah prioritas Maria!
Kesibukan ingin berhasil melayani Tuhan malah membuat Marta melupakan hal terpenting dalam hidup. Pelayanan seharusnya memang tidak perlu menjadi beban karena sesungguhnya Dialah yang melayani kita.
email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...