Maria Kristin Yulianti Apresiasi Yunior Masters PBSI, Agar Atlet Muda Tidak Grogi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Maria Kristin Yulianti, salah satu mantan andalan tunggal putri Indonesia, mengatakan pada Selasa (17/12) di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, bahwa dia mengapresiasi Seleksi Yunior PBSI yang diadakan mulai dari Selasa hingga Sabtu (21/12) mendatang.
“Kalau diselenggarain seperti ini (Seleksi Yunior PBSI, Red), ya, paling nggak untuk anak-anak itu ada persiapan dari segi fisik dan mental,” kata mantan pemain yang mengawali mengangkat raket di PB Djarum Kudus tersebut.
Maria Kristin menambahkan karena banyak kejuaraan yang akan diselenggarakan secara nasional oleh PBSI dalam satu tahun ke depan, maka pemain yunior harus tahu bagaimana caranya menghadapi pertandingan besar, salah satunya ditekankan melalui seleksi ini.
“Nantinya kalau ada sirnas (sirkuit nasional, salah satu agenda PBSI, Red) atau kejuaraan nasional bahkan internasional lainnya, anak-anak seusia ini (17 dan 19 tahun, Red) tahu bagaimana menghadapi pertandingan besar, karena kalau yang nggak biasa kan takutnya grogi,” tambah Maria Kristin.
Maria Kristin hadir pada kesempatan itu sebagai salah satu pelatih PB Djarum. Sebelum menyempatkan berbincang dengan satuharapan.com Maria menyaksikan salah satu anak buahnya yang turun berlaga pada tunggal putri usia di bawah tujuh belas tahun (U-17), Devi Yunita Indah Sari.
Devi Yunita Indah Sari bertanding pada salah satu partai penyisihan Grup H Seleksi Yunior Masters PBSI, dan Devi Yunita dalam kesempatan tersebut takluk dalam pertarungan tiga set atas atlet badminton dari Tangkas Specs yang pada kesempatan sebelumnya baru saja menjadi juara Tunggal Remaja Putri Pertamina Open, Vehrenica Debora Rumate 21-14, 18-21, 21-14.
Maria Kristin mengatakan pada dasarnya PBSI melakukan seleksi semacam itu karena ingin menyeragamkan kemampuan baik di sektor putra dan sektor putri.
“Sebenarnya bagus seleksi seperti ini diselenggarakan karena tujuannya pingin membentuk skuad juara, nah kalau saya pikir PBSI ingin menyeragamkan pola kemantapan dan kematangan pemain dari segi fisik, dan juga kemampuan mental bertanding,” ia menambahkan.
Maria mengatakan seleksi itu penting karena benar-benar disaksikan para pelatih PBSI, dan terpusat sehingga masing-masing klub tidak menyelenggarakan sendiri-sendiri. Kualitas peringkat suatu klub belum tentu sama dengan peringkat di klub lain.
“Melalui seleksi seperti ini, peringkat satu di suatu klub belum tentu bagus saat di pelatnas. Kalau diselenggarain seperti ini kan bisa kelihatan, karena mungkin kita masih bisa lihat yang peringkat dua atau tiga (di klub) malah lebih bagus daripada yang ranking satu saat bertanding,” kata Maria.
Maria Kristin Yulianti
Maria Kristin Yulianti mengundurkan diri sebagai pemain badminton sejak satu tahun silam, akibat cedera lutut sebelah kanan yang berkepanjangan.
Ia mengalami gangguan lutut sejak 2005. Tulang rawan di lutut kanannya tergerus. Namun, kecintaannya terhadap bulutangkis membuatnya bertahan dan terus berusaha hingga dapat meraih medali perunggu di Olimpiade Beijing.
Ia kini menjadi pelatih di PB Djarum Kudus, khusus menangani pemain muda usia 12 tahun.
Yunior Master PBSI
PBSI menyelenggarakan seleksi atlet-atlet muda yang akan membela badminton Indonesia dalam program bertajuk Junior Master U-17 dan U-19. Pendataan tersebut dilakukan PBSI khusus untuk pemain-pemain kelompok umur remaja (di bawah 17 tahun) dan taruna (usia 19 tahun).
Hari ini, Selasa (17/12) merupakan tes teknik atau pertandingan dengan sistem setengah kompetisi. Para pemain yang bertanding merupakan pilihan peringkat terbaik dari masing-masing klub. Pertandingan setengah kompetisi akan berakhir hingga Kamis (19/12), selanjutnya (20/12) dan (21/12) akan dilanjutkan dengan tes ketahanan fisik.
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...