Maria Kristin Yulianti Sambut Positif Pengetatan Jumlah Atlet Guna Peningkatan Prestasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mantan atlet badminton, Maria Kristin Yulianti mengatakan pada Selasa (17/12) di Pusat Pelatihan Nasional Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (Pelatnas PBSI), bahwa PBSI melakukan terobosan positif pengetatan personel atlet badminton.
Maria mengatakan PBSI melakukan langkah yang baik, karena apabila jumlah atlet terlalu banyak maka dikhawatirkan akan sulit fokus mencari mana yang terbaik.
“Kayaknya kalau banyak (atlet) yang dibina bagus juga, cuma terkadang kalau kebanyakan nanti (PBSI) malah jadi nggak fokus,” kata Maria Kristin.
Pengetatan Jumlah Personel Pelatnas
Sebelumnya pada (14/11) Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) dipastikan akan merombak atlet yang akan menghuni Pemusatan Latihan Nasional (pelatnas) Cipayung, Jakarta, pada 2014. Dalam perombakan ini, pemain muda potensial akan dimasukkan sebagai target utama.
Tahun depan, penghuni Pelatnas dipastikan akan ramping. PBSI hanya akan memasukkan 50 nama atau berkurang sekitar 40 persen dari total penghuni saat ini 83 atlet.
Dari 50 atlet tersebut, sekitar 18 posisi akan diisi pemain-pemain kategori potensial berusia antara 17-21 tahun. Sementara 32 posisi telah terisi untuk proyeksi tim Piala Thomas dan Piala Uber 2014.
Sehubungan dengan pengetatan jumlah menjadi 50 atlet tersebut, Maria menyambut positif Yunior Masters 2013 sebagai bentuk nyata pengurangan jumlah atlet badminton yang masuk pelatnas PBSI, karena kalau PBSI sudah fokus melakukan seleksi ketat maka diharapkan PBSI dapat menentukan seorang pemain akan ditempatkan di turnamen atau kejuaraan tertentu.
“Nah, kalau dipersempit hanya ke jumlah itu (50 atlet), jadi PBSI bisa fokus mengamati pemain-pemain yang cocok untuk kejuaraan yang ini, atau yang itu. Tetapi yang lebih penting, mudah-mudahan kalau dipersempit kan prestasinya naik bisa lebih bagus," kata Maria.
Maria tidak mempermasalahkan perbedaan jumlah atlet di Pelatnas saat dia pertama kali menjejakkan kaki di PBSI Cipayung, dengan wacana pengetatan yang akan direalisasikan PBSI tersebut.
“Kalau dibandingkan dengan saya dulu, menurut saya jumlah setiap angkatan di Pelatnas ini sih normal-normal aja, ya lumayan banyak juga gitu. Tetapi menurut saya dari tahun ke tahun nggak masalah jumlahnya banyak atau nggak, yang penting anak-anak ini berprestasi. Karena kalau untuk saat ini dengan pengetatan jumlah orang (benar-benar terealisasi tahun depan), maka saya yakin PBSI akan lebih mudah meningkatkan prestasi di sektor tertentu, ganda atau tunggal putri misalnya. Karena kalau banyak orang kan belum tentu (pelatih) bisa fokus ke masing-masing orang,” kata Maria Kristin.
Kehadiran Maria Kristin di Pelatnas PBSI Cipayung pada (17/12) adalah sebagai salah satu pelatih PB Djarum, Maria menyaksikan salah satu anak buahnya yang turun pada Yunior Master 2013 yang diselenggarakan PBSI. Devi Yunita berpartisipasi pada tunggal putri usia di bawah tujuh belas tahun (U-17).
Devi Yunita dalam kesempatan tersebut takluk dalam pertarungan tiga set atas atlet badminton dari Tangkas Specs yang kemarin baru saja menjadi juara tunggal remaja Putri Pertamina Open, Vehrenica Debora Rumate 21-14, 18-21, 21-14.
Maria Kristin Yulianti
Maria Kristin Yulianti mengundurkan diri pada 2012 sebagai atlet badminton, akibat cedera lutut sebelah kanan yang berkepanjangan.
Maria Kristin Yulianti sudah mengalami gangguan lutut sejak 2005. Prestasi terakhir yang dicapai pemain kelahiran Tuban, Jatim, 25 Juni 1985 tersebut adalah menjadi runner up pada Russian White Nights Challenge 2011.
Sekarang Maria Kristin Yulianti menjadi pelatih di PB Djarum Kudus khusus menangani pemain muda usia 12 tahun.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...