Marlina Rambu Meha Ingin Perempuan Lebih Produktif
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu perempuan pejuang pangan dalam sebuah diskusi Tujuh Perempuan Pejuang Pangan, Marlina Rambu Meha, terdorong untuk membuat perempuan di Mbakapitu, Sumba Timur menjadi lebih produktif lagi.
“Yang menjadi motivasi saya adalah pertama, banyak ibu-ibu di Sumba Timur tidak mempunyai kesempatan dan peluang untuk berkembang secara mandiri,” kata dia kepada satuharapan.com. “Berbicara di depan orang banyak saja susah sekali apalagi melakukan sesuatu.”
Dia juga menambahkan bahwa motivasinya yang kedua adalah banyak di antara ibu-ibu yang putus sekolah atau bahkan tidak sekolah sama sekali sehingga banyak di antara mereka yang buta huruf. “Jadi, dari situ saya tergerak hati bagaimana saya mendekati ibu-ibu ini agar tidak seperti itu lagi. Artinya, paling tidak anak-anak mereka ke depannya harus berpendidikan semua.”
Dalam wawancara pada Minggu (16/3) usai membagikan pengalamannya memberdayakan perempuan dan lingkungan di Goethe-Institut, Rambu Meha mengatakan kesulitannya adalah mengedukasi suami dari ibu-ibu tersebut agar memperbolehkan istri mereka memiliki kegiatan di luar rumah tangga. Banyak di antara bapak-bapak tersebut menolak. Namun, dengan kegigihan Rambu Meha, akhirnya mereka mengizinkan istrinya untuk bergabung bersama dengan Rambu Meha. Bahkan ada salah satunya saat ini menjadi guru besar di dalam pendidikan dan meraih banyak penghargaan.
Perkembangan Organisasi
Dalam perkembangannya, tentu saja organisasi ini mulai membuahkan hasil. Rambu Meha mengatakan bahwa ada sejumlah uang dari hasil usaha mereka dalam sebuah koperasi simpan pinjam yang awalnya dikelola oleh empat orang. Dengan modal awal Rp. 40 ribu dan secara signifikan diolah dengan baik, kini tabungan tersebut mencapai hasil sekitar Rp 100 juta dan tabungan anak Rp. 98 juta.
Dukungan Pemerintah
Sampai saat ini, pemerintah selalu mendukung program yang dijalankan oleh Rambu Meha. “Kalaupun di beberapa daerah ada yang menolak raskin (beras miskin,red), kami tidak bisa menolak. Karena tanah di daerah kami tidak bisa ditanami padi. Tidak semua hal kami tolak. Kalaupun oraganisasi kami menolak pasti ada alasannya dan kami biasanya berdialog dengan pemerintah,” kata dia.
Pemilu 2014
Rambu Meha menyayangkan bahwa Pemilu 2014 ini bahwa partai harus memberikan porsi 30 persen kepada perempuan hanyalah sebagai syarat saja, bukan sebagai kebutuhan. Rambu Meha yang juga maju sebagai caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyatakan bahwa mungkin perempuan di daerah tersebut belum memiliki kemampuan dalam hal berpolitik.
“Tapi, dari kami sebagai kelompok perempuan, di mana perempuan itu duduk sebagai anggota dewan, dia harus memperhatikan hak-hak perempuan khususnya perempuan marjinal di pedesaan,” tuturnya.
Dia juga menyayangkan anggota legislatif periode lalu kurang terlihat nyata dalam bekerja dan belum pernah ada perwakilan perempuan yang datang dan meninjau kegiatan organisasinya.
Rambu Meha berharap jika dia atau salah satu rekan politik perempuan yang duduk di dewan akan memperhatikan hak-hak kaum perempuan dalam hal kesejahteraan, kesehatan dan ekonomi. Selain itu, pendidikan anak-anak juga harus diperhatikan dan memberdayakan perempuan untuk menabung agar anak-anak mereka kelak bisa sekolah hingga sarjana.
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...