Masihkah Engkau Mencintaiku?
Pertanyaan menuntun kita pada kesejatian siapa kita.
SATUHARAPAN.COM – ”Masihkah Engkau mencintaiku?” tanyanya pagi ini. Aku masih belum sadar betul dari tidurku. Seketika aku terbangun. Aku ingat. Ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang masih seumur jagung. Dia mengulangnya lagi sembari memalingkan wajahnya kearahku. ”Tentu, aku mencintaimu,” jawabku kepadanya lembut sembari mengecup keningnya.
Semakin dipikirkan, semakin sulit menjawab pertanyaan sederhana itu. Semakin sulit menemukan jawaban apakah aku benar-benar mencintai dia. Aku memang tak pernah meninggalkan dia, tetapi betapa sering aku membiarkan dia sendiri menjaga anak-anak kami. Aku memang tak pernah berlaku atau berkata kasar padanya, namun betapa sering aku tidak mendengarkan dia dengan sungguh. Kalau tidak tertidur, ya terdistraksi dengan yang lain. Aku memang tak pernah selingkuh, tetapi betapa sering aku lebih peduli anak-anak daripada dia. Pertanyaan itu menuntunku kepada the real me.
Kita butuh pertanyaan. Pertanyaan akan menuntun kita pada kesejatian siapa kita. Pertanyaan akan menuntun kita kepada raison d’etre. Pertanyaan juga menolong kita dalam menentukan pilihan hidup. Pertanyaan menyadarkan bahwa kita masih hidup, belum mati. Pertanyaan mengingatkan apakah kita bergerak dinamis atau mekanis serta dikendalikan keadaan atau mengendalikan keadaan.
Sekalipun demikian, kita harus waspada dengan pertanyaan. Dia memiliki kekuatan magis. Dia bisa menarik kita sampai terhisap kedalamnya. Kita bisa jadi lupa bahwa kita hidup dalam dunia nyata bukan dunia ide. Ide dan gagasan memang lahir dari pertanyaan, tetapi salah bertanya membuat kita tersesat.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...