Masjid Prancis Target Serangan Pascatragedi Charlie Hebdo
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Masjid di dua kota di Prancis menjadi target penembakan, meski tidak ada korban cedera, menurut laporan Kejaksaan Prancis, Kamis (8/1).
Tiga granat kosong dilemparkan ke sebuah masjid pada Kamis dini hari waktu setempat di kota Le Mans, yang terletak di barat Paris. Sebuah lubang peluru juga ditemukan di jendela masjid.
Di distrik Port-la-Nouvelle dekat Narbonne, Prancis selatan, sejumlah tembakan diarahkan ke tempat salat sesaat setelah ibadah Salat Isa. Aula masjid kosong kala itu, kata jaksa.
Sebuah ledakan di toko kebab dekat sebuah masjid di kota Villefranche-sur-Saone, Prancis timur pada Kamis pagi waktu setempat juga terjadi tanpa korban cedera. Kejaksaan setempat menyebut kejadian tersebut sebagai “tindakan pidana.”
Prancis mengalami kepanikan pascaserangan berdarah oleh kelompok bersenjata terhadap Charlie Hebdo pada Rabu yang menyebabkan sedikitnya 12 orang tewas. Belum ada kaitan antarserangan tersebut.
Kelompok Muslim Prancis Minta Umat Islam Kecam Terorisme
Sejumlah kelompok Muslim utama di Prancis menyerukan umat Islam di seluruh penjuru negara tersebut untuk mengheningkan cipta pada Kamis waktu setempat dan kepada para ulama untuk mengecam terorisme pascaserangan berdarah terhadap kantor majalah satire Charlie Hebdo.
Mereka menyerukan kepada “warga Muslim Prancis untuk mengheningkan cipta hari ini pada tengah hari, bersama warga lainnya, untuk mengenang para korban terorisme.”
Seruan tersebut dikeluarkan oleh berbagai organisasi Islam di Prancis, dan juga meminta kepada para imam masjid untuk “mengecam kekerasan dan terorisme secara keras” dalam ibadah Salat Jumat.
Umat Islam juga diminta berpartisipasi dalam hari solidaritas nasional pada Minggu. Dalam kesempatan tersebut, para demonstran akan menggelar unjuk rasa di berbagai kota di Prancis.
Kepolisian masih memburu dua pria yang melarikan diri dari Paris pada Rabu setelah menembak mati 12 orang di markas Charlie Hebdo. Serangan tersebut tampaknya dilakukan atas penerbitan kartun yang dianggap menghina Islam.
Prancis Akan Selenggarakan Pertemuan Internasional Anti-Terorisme Minggu
Menteri dalam negeri Prancis mengatakan dia akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional Minggu untuk rekan-rekannya dari Amerika Serikat dan Eropa guna membahas perang melawan terorisme berkaitan dengan pembantaian majalah Paris.
"Saya telah mengambil prakarsa mengundang ke Paris pada Minggu rekan-rekan saya dari negara-negara Eropa yang paling terkena dampak ... serta rekan Amerika saya (Jaksa Agung) Eric Holder," kata Bernard Cazeneuve.
Pertemuan itu yang diikuti negara-negara lain itu "menunjukkan solidaritas mereka dengan Prancis," yang menderita serangan paling berdarah dalam setengah abad, Rabu, ketika 12 orang tewas dibunuh di kantor mingguan satir Charlie Hebdo.
"Tetapi pertemuan itu juga tentang bertukar ide mengenai tantangan umum bahwa ancaman teroris hanya dapat diselesaikan di Uni Eropa dan seterusnya," tambah Cazeneuve.
Seorang pejabat Departemen Kehakiman AS mengatakan sebelumnya Kamis, bahwa pertemuan itu akan mencakup "diskusi tentang mengatasi ancaman teroris, pejuang asing dan melawan ekstremisme kekerasan."
Media Iran: Prancis Harus Kaji Kebijakannya di Timur Tengah
Prancis harus mengkaji kembali kebijakannya di Timur Tengah dan dunia Muslim setelah serangan maut ke kantor Charlie Hebdo di Paris, menurut media Iran pada Kamis.
Sejumlah surat kabar di republik Islam itu mengaitkan serangan tersebut dengan dukungan Prancis kepada pemberontak bersenjata Suriah dan keterlibatannya dalam serangan udara koalisi internasional terhadap ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).
Prancis “merasakan konsekuensi pahit atas dukungannya terhadap terorisme,” seperti dilansir harian Resalat, yang mengkritik “kelalaian” aparat keamanan Prancis yang “masih tidak peduli dengan peningkatan aktivitas” kelompok ekstremis.
Surat kabar reformis Ebtekar menyatakan kebangkitan kelompok ISIS, “yang muncul akibat tindakan militer negara-negara Barat di negara Islam, membuka jalan bagi operasi teroris maut itu.”
Sedangkan surat kabar reformis Shargh menyerukan kepada Amerika Serikat dan Eropa “untuk mengkaji secepat mungkin kebijakan mereka di Timur Tengah dan dunia Islam.”
Media itu melansir kemungkinan karikatur Nabi Muhammad, yang memicu gelombang kekerasan di dunia Muslim-Arab pada 2005 dan 2006, “bisa memberikan alasan kepada para teroris untuk melancarkan aksi biadab atas nama Islam.” (AFP)
Hizbullah Mengatakan Telah Tanggapi Usulan Gencatan Senjata ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Dalam pidato ketiganya sebagai pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan p...