Masyarakat Perlu Waspadai Jam Aktif Nyamuk DBD
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peneliti dari Universitas Indonesia Budi Haryanto, mengatakan masyarakat perlu mewaspadai waktu beraktivitas nyamuk Aedes Aegypti, agar tidak terkena gigitan yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD).
"Nyamuk Aedes Aegypti aktif menggiigit pada jam 08.00-11.00 pagi dan jam 14.00-17.00 sore. Kalau kebetulan pada jam-jam tersebut ada jentik di genangan air, tempat itu punya risiko besar terkena demam berdarah," kata Peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan Lingkungan UI jakarta, seperti diberitakan Antara baru-baru ini.
Budi mengatakan, nyamuk aedes aegypti akan beristirahat, di daerah kebon atau dedaunan di luar jam aktif tersebut.
Masyarakat diharapkan, menutup semua pintu agar nyamuk tidak bebas memasuki ruangan dan menemukan tempat penampungan air untuk berkembang biak.
Pada musim pancaroba, Budi menjelaskan penyakit demam berdarah memang menjadi yang paling banyak diderita, bahkan jumlah kasusnya meningkat selama dua bulan terakhir.
Suhu yang sering berubah-ubah, yakni panas pada siang hari kemudian hujan pada malam hari menyebabkan daya tahan tubuh seseorang melemah.
"Suhunya terkadang panas sekali, kemudian hujan sehingga tubuh seseorang seringkali tidak bisa menangkal bakteri atau virus yang biasa ditoleransi," kata Budi.
Menurutnya, pengetahuan masyarakat akan pemberantasan sarana nyamuk (PSN) diperlukan, seperti mengganti air dalam wadah dispenser sesering mungkin, agar tidak ada jeda bagi hentik nyamuk untuk berkembang biak.
Sementara itu Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan sebanyak 511 kabupaten/kota di Indonesia berpotensi menjadi tempat berkembangnya demam berdarah. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Mohamad Subuh, mengatakan hal ini berarti tidak ada satu pun daerah Indonesia yang bebas terhadap endemisitas demam berdarah.
Dari lima ratus kabupaten/kota yang berpotensi, hampir 90 persen diantaranya merupakan daerah endemik. Jakarta sebagai ibukota negara pun ada di dalamnya.
"Yang endemik ada 424 kabupaten kota. Jabodetabek seluruhnya endemik demam berdarah," kata Subuh dalam acara jumpa pers tentang situasi DBD di Indonesia yang diselenggarakan di kompleks Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Selasa (12/1) seperti diberitakan cnn Indonesia.com
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menjadi salah satu daerah endemik, dikarenakan kondisi lingkungan yang memang kurang kondusif. Subuh menyebutkan salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit tersebut adalah sistem drainase yang buruk.
Banyaknya saluran air yang mampet, dan tidak bisa mengalir dengan baik, akan menyebabkan air tergenang dan menyebabkan jentik-jentik nyamuk Aedes bisa berkembang biak dengan baik.
Perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru juga menjadi faktor risiko. Banyaknya galian bekas proyek pembangunan atau galian kabel yang tidak tertutup dengan sempurna juga bisa menjadi faktor penyebab nyamuk mudah berkembang biak.
Editor : Eben E. Siadari
Warga Peringati Dua Dekade Tsunami di Aceh Yang Menewaskan R...
BANDA ACEH, SATUHARAPAN.COM-Dua dekade setelah tsunami dahsyat menghancurkan desanya, Tria Asnani ma...