Masyarakat RI Diajak Konsumsi Berita Secara Sehat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Jenderal Sumber daya Perangkat Pos dan Informatika, Ismail mengatakan bahwa media menghadapi tantangan berupa literasi membaca masyarakat yang masih rendah, sehingga media harus membuat judul berita yang memancing perhatian, atau dikenal sebagai clickbait.
Di sisi lain, literasi digital masyarakat juga perlu diperhatikan agar transformasi digital tidak berkembang ke arah yang negatif.
"Kita literasi masyarakat supaya konsumsi berita secara sehat," kata Ismail saat webinar tentang jurnalistik, Kamis (12/8).
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika itu melihat pandemi virus corona ini memaksa masyarakat, termasuk media, untuk mengadopsi teknologi digital.
Transformasi digital ini menjanjikan efisiensi, mendukung pengembangan produk dan layanan baru, menghadirkan model bisnis baru dan menghilangkan batasan antar industri.
Dalam konteks media massa, media konvensional tentu perlu bertransformasi, misalnya membuka langganan koran digital.
Transformasi digital, menurut Ismail, menawarkan peluang monetisasi media digital, selain mendapatkan penghasilan dari iklan.
Dalam hal ini, media menghadapi tantangan bagaimana meningkatkan keinginan masyarakat untuk mau membayar biaya berlangganan demi mendapatkan kualitas informasi yang baik.
Melihat trend global, Ismail menilai media digital bisa menghasilkan pendapatan jika memiki kualitas informasi yang bagus dan memiliki segmen. Untuk itu, perlu ada peningkatan kemampuan jurnalis karena saat ini pencarian informasi lebih mudah dicari.
Sementara itu Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate berpesan kepada media massa untuk tetap hidup di era digital dengan cara beradaptasi secara tangkas terhadap perubahan teknologi.
"Media merupakan pilar demokrasi, membuka jendela informasi masyarakat," kata Johnny saat webinar tentang jurnalistik, Kamis.
Menurut Johnny, media, dan masyarakat menghadapi dua tantangan di masa kini, yaitu disrupsi teknologi antara lain dengan kehadiran media sosial dan pandemi virus corona, yang mengubah hampir seluruh aspek kehidupan.
Ditambah lagi, Indonesia sedang memasuki era 5G, yang menawarkan internet kecepatan tinggi. Perubahan itu tentu tidak bisa dihindari, sehingga media harus bisa beradaptasi dan tangkas menyikapi perubahan.
Untuk itu, Johnny mengajak pelaku industri media untuk reformulasi visi ekosistem media.
Dia melihat bukan hanya kualifikasi sumber daya manusia yang harus diperhatikan, namunjuga kesiapan untuk menjalankan multitugas dan kemampuan digital yang memadai, bahwa di masa serba teknologi ini ada banyak cara kerja.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...