Mata yang Terbuka
Ketergesaan hidup tanpa terasa membentuk tembok yang kokoh.
SATUHARAPAN.COM – ”Banyak orang yang matanya terbuka, tetapi jiwanya dibiarkan tertutup.” Kalimat yang tertera dalam profile picture BBM teman saya ini menggugah perasaan saya. Beberapa hari sebelumnya, saya melihat sinopsis novel remaja di sebuah toko buku tentang invasi makhluk luar angkasa ke bumi. Salah satu kalimat dalam bacaan tersebut adalah percakapan makhluk luar angkasa tentang bagaimana cara menghancurkan kehidupan manusia di bumi, dan jawabnya: ”Hilangkan sisi kemanusiaannya secara perlahan….”
Banyak hal yang terjadi karena sisi kemanusiaan manusia dibiarkan tertidur, bahkan mati. Ketika manusia diajarkan bahwa dunia yang keras hanya dapat dikuasai oleh hati yang keras, di mana kebaikan, kejujuran, ketulusan, dianggap sebagai hal yang naif dan tidak sesuai dengan kenyataan hidup, maka secara perlahan kehidupan manusia akan memudar. Ketergesaan hidup, target pekerjaan yang semakin tinggi, tanpa terasa membentuk tembok yang kokoh.
Suatu hari saya mengobrol dengan seorang ibu yang memiliki 3 anak. Anak pertamanya perempuan berparas cantik, dan baru berpacaran. Sang ibu mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan pacar anaknya tersebut. ”Cowok itu pintar, tapi terlalu religius,” demikian alasannya, ”kita ’kan tahu pada kenyataannya dalam hidup kita tipe yang lurus seperti itu hanya baik dalam teladan, tetapi tidak dalam realita.”
Ketika jiwa-jiwa dibiarkan tertutup pada mata yang terbuka, apakah manusia itu akan tetap ada?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Sri Mulyani Klarifikasi Alasannya Kerap Bungkam dari Wartawa...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan ter...